Sudah bukan rahasia lagi kalau bulan Ramadhan, tingkat konsumerisme malah meningkat. Bulan yang harusnya menjadi bulan penghematan, senyatanya malah meningkatkan daya konsumsi masyarakat. Peningkatan belanja berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat. Ada anggapan bahwa waktu berbuka mesti disediakan makanan-makanan istimewa. Kemudian juga ada kegiatan mudik dan alokasi THR untuk sanak keluarga. Artinya, Selama bulan Ramadan, justru kebutuh masyarakat semakin meningkat. Imbasnya aktivitas transaksi keuangan meningkat pula.
Peningkatan transaksi keuangan sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemajuan teknologi perbankan yang semakin memudahkan transaksi. Saat ini, kita dapat melakukan transaksi perbankan kapan dan di mana saja. Berbagai pilihan teknologi perbankan dapat dipergunakan sesuai dengan infrastruktur yang tersedia. Ada (e-banking), telepon selular (m-banking), telepon (phone banking), atau pun pesan singkat (sms-banking).
Sisi negatifnya, kemudahan teknologi perbankan ini juga sering digunakan untuk mengelabui masyarakat. Ketidaktahuan dan ketidakwaspadaan manusia sering dipergunakan untuk menipu. Entah sudah berapa banyak dari saudara saya yang kena tipu. Ada yang tertipu oleh iming-iming undian dan teganya, ada juga yang menggunakan berita duka untuk merampok uang.
Berdasarkan pengalaman yang saya alami, berikut ini adalah sejumlah tips yang mungkin dapat dipergunakan untuk menghindari penipuan.
Telepon
Kemudahan telpon/handphone sering kali dipakai untuk menipu dengan modus dapat hadiah atau berita musibah. Jangan segera percaya jika ada yang menelpon seperti itu, apalagi jika sudah meminta untuk transfer uang. Tidak ada yang mengadakan lomba dengan mekanisme mengirim uang dahulu.
Jangan panik pula saat ada berita kecelakaan atau musibah. Jangan percaya kalaupun dia bilang dari polisi atau dari rumah sakit. Kepanikan dan rasa sayang ini yang dimanfaatkan penipu untuk mengambil uang.
Jangan percaya jika diberikan nomor oleh penelpon. Cek semua data pada sumber data yang bisa dipercaya. Nomer yang diberikan penelpon biasanya adalah nomor palsu. Saat anda panic dan tidak bisa berpikir secara jernih maka peluang ditipu sangatlah besar.
Jika ada penelepon yang mengaku dari bank dan meminta perbaikan data, sebaiknya hindari memberikan PIN dan data-data pribadi anda. Sekali lagi jangan cepat percaya dan segera lakukan klarifikasi ke bank bersangkutan di nomer yang terpercaya.
Email dapat menjadi alat untuk penipuan. Penipuan dengan menggunakan email ini lebih rapih karena seringkali email yang dikirim sama persis dengan aslinya. Biasanya penipu meminta anda untuk melakukan pembaharuan data. Saat itu anda akan diminta untuk memasukan rekening dan no PIN.
Cara ini juga biasanya dilengkapi dengan penggiringan ke alamat web yang seperti aslinya padahal palsu. Alamat web itu bertugas untuk mengambil data-data anda dan kemudian setelah mereka dapatkan datanya, maka segera uang anda akan dikuras habis.
Untuk menghindari hal seperti ini, jangan sekali-kali membalas email seperti ini. Bank tidak memiliki mekanisme perbaikan data dan PIN lewat email. Saat anda menggunakan website bank, pastikan alamatnya sudah benar. Sangat penting juga juga bank anda mempunya system keamanan berlapis, seperti token atau verifikasi dua arah dengan menggunakan SMS.