Dalam sebuah tayangan televisi Mardani Ali Sera dengan berapi api mengatakan "Prabowo sudah membuktikan kualitasnya, 26 April 1997 ketika tidak ada seorang pun dari Asia Tenggara yang mampu menaklukkan Everest, Prabowo dan tim Kopassus-nya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Itu ciri khas kepemimpinan utama".
Walaupun yang dinyatakannya adalah hoax belaka, namun itu menunjukan bahwa MAS sedang menunjukan prestasi jagoannya.
Di sisi lain, Adiana Napitupulu tak kalah membanggakan prestasi Jokowi. Menurut Adian, sebagaimana dikutip dari VIVA.COM, di sektor pendidikan, Jokowi mencatatkan prestasi dengan memberikan beasiswa kepada 248 ribu mahasiswa tak mampu dan membangun 900 ribu rumah untuk rakyat.
Untuk apa keduanya menyebut prestasi dan pengalaman capresnya? Apa lagi kalau bukan untuk meyakinkan publik akan kemampuan dan pengalaman capresnya. Dua contoh ini sebetulnya sudah menjawab pertanyaan "Haruskah Calon Presiden Indonesia Berpengalaman dan Berprestasi Lebih Dahulu?"
Untuk lebih jelas saya ingin menambahkan dengan permisalan. Jika ada 2 supir akan diserahi sebuah Bis. Satu sudah memegang SIM A dan yang satu lagi sudah memegang SIM B. Supir mana yang akan dipilih? Rasional saja, saya akan pilih yang memiliki SIM B. tak perlu diperjelas toh di mana rasionalnya.
Dalam UUD 45 (yang diamandemen) secara tersurat memang tidak ada ketentuan harus berpengalaman dan berprestasi. Syarat berpengalaman secara tersirat, ada dalam kalimat "mampu secara jasmani dan rohani". Dari mana kita melihat kemampuan jasmani dan rohani jika kita tidak pernah melihat rekam jejaknya?
Dari pengalaman, prestasi dan rekam jejak itulah kemudian kita tahu sosok yang akan kita pilih. Dari pengalaman kita tahu bagaimana seorang capres bersikap saat mendapat sebuah berita bohong. Dari pengalaman kita tahu bagaimana seorang capres mendelegasikan kerja-kerjanya. Dari mana kita menilai seorang itu berhasil atau tidak jika bukan dari pengalamannya.
Prestasi? Tentu saja kita ingin presiden yang berprestasi. Makanya seorang MAS dengan berapi api menyebut prestasi capresnya.
Kiranya pengalaman Jokowi sendiri menjadi pijakan saat dia mengatakan, pentingnya pengalaman di pemerintahan. Kata Presiden, "Saya banyak terkaget-kaget, saya harus banyak belajar, saya di awal betul-betul pusing karena belum memiliki pengalaman di pemerintahan. Itu yang saya sampaikan di awal lagi, diperlukan pengalaman dalam pemerintah. Apalagi sebuah negara yang besar, seperti Indonesia ini. Jangan coba-coba dong," (Detik.com- 12/1/2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H