Lihat ke Halaman Asli

Fajr Muchtar

TERVERIFIKASI

Tukang Kebon

Lindungi Otak dari Informasi Sesat

Diperbarui: 13 September 2017   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto : Pinterest)

Satu waktu, saya pernah menulis sebuah doa untuk memasuki dunia media sosial. Doa ini sangat penting dan sangat cocok untuk dipakai ketika menggunakan media sosial. Doanya sebaga berikut, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan segala kotoran"

Bagi yang tahu, sebetulnya doa ini adalah doa yang biasa digunakan saat memasuki WC, saat mau buang hajat, buang kotoran. WCmemang menjadi tempat untuk membersihkan diri dari kotoran yang ada dalam perut. Doa ini biasanya dibaca sebelum memasuki WC. Karena cocok dengan dunia media sosial saya pakai juga sebagai doa saat mau menggunakan media sosial. Mengapa?

Sekarang ini, media sosial bak hutan belantara yang pekat. Semua kotoran dan kejahatan ada di dalamnya (tanpa menampik banyaknya sumber kebaikan di dalamnya). Dengan demikian orang yang masuk ke dalamnya mestilah memiliki berbagai peralatan untuk bisa survive menjaga kebersihan. Dia harus bisa memilah dan memilih apa saja yang bermanfaat buat dirinya dan juga buat orang lain.

beragam media sosial (foto : okezone)

Media sosial juga ibarat senjata api yang berbahaya dipegang oleh orang-orang yang tak memiliki keahlian menggunakan dan tak bertanggung jawab. Ia adalah banjir bandang yang akan menenggelamkan siapa saja yang tak bisa berenang. Bayangkan setiap hari ada 2,5 triliun byte data berseliweran di dunia maya.

Di era banjir bandang informasi ini haruslah pandai-pandai berenang dan menyelam. Tidak semua berita dapat diterima begitu saja. Apalagi yang mengandung unsur unsur kebencian. Menurut Gail B Murrow dalam Jurnal Law and Biosciences berjudul A Valid Question: Could Hate Speech Condition Bias in The Brain "Kebencian bisa menghilangkan harkat manusia, memunculkan bias, dan mengurangi empati," Sementara itu, Imam Ali as. menyebutkan "Sehatnya badan karena sedikitnya dengki, dan kedengkian itu diwariskan sebagaimana diwariskannya harta."

Apa yang diungkapkan Imam Ali as. Dibuktikan dalam berbagai penelitian. Menurut salah satu ahli otak (neurosains) Taufik Pasiak, "kebencian merusak otak, menguras energi otak dan membuat otak tumpul" Oleh karenanya wajar saja kalau orang yang pendengki sulit berpikit dan tidak akan bisa bertindak adil.

Pelaku penyebar kebencian yang ditangkap (Kompas TV)

Laporan Detik.com agustus lalu semakin menegaskan bahwa orang yang suka menyebarkan hoax, SARA dan kebencian, diduga kuat memiliki gangguan neurotik. Gangguan neurotik adalah kondisi jiwa dan otak seseorang memiliki masalah mental yang akut. Psikolog Elizabeth Santosa mengatakan orang-orang yang gemar menyebarkan hoax, kebencian dan isu SARA rata-rata memiliki sifat impulsif, tidak memiliki manajemen emosi yang baik dan kurang percaya diri. Menurutnya, akibat hoax di medsos, psikiater makin mudah temukan pasien gangguan jiwa.

Padahal, kata Taufik Pasiak, sejatinya, manusia membenci hal yang tak menyenangkan karena karakter utamanya jutstu memburu kesenangan. Karena kebencian tak menyenangkan, manusia sejatinya tak suka membenci. Untuk itu, tak ada jalan lain kecuali membatasi banjir informasi itu.

Beruntunglah di tengah gempuran dan banjir bandang informasi, kita bisa menggunakan Kurio. Mungkin sangat tepat kalau Kurio disebut sebagai ginjal informasi. Seperti ginjal, aplikasi ini menyaring informasi bagi kita. Kurio memang concern dalam memerangi berita hoax.

Perangi hoax dengan menyaring berita sendiri (foto : dokpri)

Mengutip situs Selular.id, Kurio telah merancang sebuah algoritma yang dapat diandalkan untuk mengurangi masuknya berita hoax dan juga membantu agar penyebaran berita hoax dapat diredam. Melalui Machine Learning dan algoritma yang dirancang, setiap artikel yang masuk dipastikan akan difilter terlebih dahulu sehingga tidak masuk ke dalam artikel stream.

Pada tahap awal, Learning Machine akan bekerja untuk melakukan pengkategorian otomatis, personalisasi, prediksi berita, hingga pendeteksian hoax. Tak hanya itu, Kurio juga melibatkan tim kurator untuk mengkurasi kembali artikel-artikel yang sudah masuk ke dalam artikel stream. Hal itu dilakukan agar berita yang tersaji betul betul bebas dari hoax.

blog-banner-blue-pusing-59b7e221b48b7457a158efb2.png

Perpaduan antara sistem pemilihan konten oleh algoritma mesin yang akurat dan kurasi manual oleh tim kurator, memberikan pengalaman bagi pengguna memilih judul artikel untuk dibaca langsung dari media yang kredibel.

Saat saya mencobanya, beberapa pekan saringannya terasa berdampak. Sebetulnya sayang sekali saya bisa mencobanya sekarang. Coba kalau menjajalnya pada waktu pilkada DKI kemarin. Mungkin akan lebih terasa bedanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline