Sekarang ini, saya sedang mencoba kehidupan sebagai petani. Belum 100 % berkecimpung sih, Cuma masih jadi petani yang mencoba menyalurkan hobi dan siapa tahu dari hobi itu bisa mendatangkan keuntungan finansial. Kan jadi dobel dapatnya.
Ada banyak keuntungan menjadi petani. Yang paling utama adalah menyediakan makanan sendiri. Saya teringat puisinya Khalil Gibran berjudul Bangsa Kasihan. Disitu dia berkata;
Kasihan bangsa
yang mengenakan pakaian
yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum
yang tidak ia panen,
dan meminum susu
yang ia tidak memerasnya
Di tanah seluas 8 ha, saya sedang mewujudkan passion saya yaitu mendirikan pesantren yang mandiri pangan, energi dan ekonomi. Hal ini pernah saya tulis dalam artikel berjudul, Eco Spiritual Al Musthafa Hanya Mimpi? Saya merasa bahwa hal yang saya rintis ini bukanlah sebuah utopia. Ini betul-betul sebuah passion yang coba diwujudkan satu demi satu. Susah? Tentu saja.
Jarak dari rumah saya ke lokasi Pesantren sekitar 40 km. Setiap kali saya menyambangi Pesantren, saya mesti melakukan perjalanan cukup jauh dan panjang. Jika saya menggunakan motor, maka waktu tempuhnya bisa 1 ½ jam. Waktu tempuh itu akan lebih lama jika menggunakan mobil dan kondisi sedang bubaran pabrik. Untuk jarak dan waktu tempuh seperti itu diperlukan stamina dan konsentrasi tinggi. Salah sedikit saja bisa berakibat fatal. Bahkan di beberapa titik saya mesti melewati medan yang sulit dilewati dan rawan. Beberpa kali saya mesti menerjang banjir. Ketinggian banjir cukup untuk merendam knalpot motor saya. Saat itu mana sungai dan jalan menjadi satu. Salah mencari celah saja, saya bisa masuk ke dalam aliran sungai Cikeruh dan bisa jadi terbawa arus. Sudah banyak kecelakaan kendaraan yang saya lihat dengan mata kepala sendiri saat pergi dan pulang dari lokasi pesantren.