Salah satu hal paling menarik yang saya dapatkan dari acara Nangkring Membangun Negeri dengan Kreasi Digital adalah apa yang diucapkan oleh Sanny Gaddafi, pemilik PT. 8villages Indonesia, “Masyarakat Indonesia berkesempatan luas untuk membuat startup dan aplikasi digital yang bermakna”. Menurut Sanny maksud bermakna di sini adalah kemampuan menyelesaikan problem.
Indonesia memilki banyak problem maka startup dan aplikasi yang dibuat harusnya adalah aplikasi yang memberikan jawaban atas problem itu. Startup dan aplikasi digital yang tak bermakna tak akan memiliki umur yang panjang. Sanny menambahkan bahwa startup dan aplikasi dari negara maju belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. Sebabnya karena perbedaan kultur dan karakter masyarakat.
Perbaikan infrastuktur di Indonesia membuat pasar startup ini menggeliat. Menurut Sanny kondisi sekarang jauh lebih baik ketimbang 5 tahun lalu. Sekarang internet bisa tersambung ke smartphone selama 24 jam, 7 hari. Apalagi data dari perusahaan konsultan Mckinsey & Co menyebutkan bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan menjadi yang terbesar di dunia. Saat ini Indonesia berada di posisi ke enam sebagai negara dengan pasar terbesar di dunia, dengan memiliki USD 2 miliar pasar e-commerce.
Hal itu masih ditambah dengan pertumbuhan pengguna internet yang besar. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) hingga tahun 2016 ada 132.7 juta orang dari 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. Artinya sudah lebih dari setengah penduduk Indonesia sudah bisa mengakses internet. Salah satu yang membuat mengatrol penggunaan internet adalah mudahnya mendapatkan smartphone.
Tentu saja hal ini menjadi pasar bagi pelaku e commerce dunia. Makanya banyak sekali investor luar negeri yang berlomba meraup keuntungan dari pasar Indonesia. Sanny yang merupakan pemilik startup 8Villages mengatakan bahwa, pelaku startup Indonesia tak perlu berpikir mau menguasai pasar dunia dulu. Kalau mereka mau menggapar serius pasar Indonesia, itu saja sudah akan keteteran.
Kebermaknaan ini pula yang diaplikasikan oleh Sanny saat membuat aplikasi yang diberi nama “Petani”. Aplikasi ini dikembangkan dengan tujuan untuk menjembatani para petani dengan para pakar budi daya tanaman. Sanny menyadari bahwa petani memiliki posisi strategis dalam menyokong kebutuhan pangan nasional.
Di sisi lain, petani kebanyakan tidaklah tersentuh dengan ilmu ilmu budi daya tanaman yang baru. Kalaupun ada penyuluh yang dapat membantu, namun untuk mengaksesnya memerlukan waktu. Mau konsultasi dengan para pakar pertanian juga dirasa sulit, karena kebanyakan pakar pertanian berkecimpung di dunia akademik.
Melalui aplikasi ini, petani dapat berkonsultasi dengan para pakar pertanian dan nanti para pakar akan menjawab pertanyaan petani. Awalnya komunikasi dilakukan lewat SMS namun seiring penggunaan smartphone yang makin banyak, komunikasi dilakukan dengan lebih lengkap. Petani bisa bisa mengirimkan foto kondisi tanaman dan detailnya ke aplikasi, kemudian pakar akan menjawab permasalahan tersebut. Bagi yang belum punya smartphone, atau terkendala jaringan, konsultasi melalui SMS masih bisa dilakukan. Gratis!
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan forum online yang memudahkan komunikasi antara petani. Dengan jumlah pengguna mencapai 60 ribu maka banyak pengalaman petani yang tertuang dalam forum. Ini tentu saja kekayaan luar biasa. Aplikasi ini juga dapat digunakan pengguna untuk memberikan informasi hasil panen beserta harga dan menjual ke pembeli tanpa perantara. Dengan demikian rantai distribusi yang membuat mahal dapat dipotong. Keren kan!
Sementara itu, Asuransi Jagadiri masuk dari celah lainnya. Priska Sari Kurniawan,VP Strategic Marketing CAF, menjelaskan sebetulnya banyak orang yang ingin menggunakan asuransi namun menemukan berbagai kendala. Dalam riset yang dilakukan oleh Jagadiri disimpulkan bahwa orang sekarang inginnya sesuatu yang mudah dan cepat.
Permasalah yang ditemukan dalam riset jaga diri yang paling sering muncul adalah, costumer paling jengah saat dikejar-kejar agen. Kegigihan para agen asuransi yang tak kenal waktu dan tempat justru membuat para calon customer menjauh. Bayangin saja jengkelnya kalau jam 12 malam masih ditelpon nawarin asuransi.