Salah satu Riser berbagi cerita tentang Bebek dengan dua leher. Satu leher ke atas dan mendapat banyak rejeki. Satu lagi menghadap ke bawah dan sedikit sekali rejeki yang dia dapat. Bebek leher ke atas, demikian disebut selalu memakan sendiri apa yang didapat tanpa memikirkan si leher bawah. Si leher bawah tentu saja kecewa dengan perlakuan si leher atas hingga akhirnya di memutuskan untuk memakan racun. Tentu saja bukan hanya dia yang mati, si leher ataspun ikut mati. Moral dari cerita di atas adalah kalau kita hanya mau senang sendiri tanpa mau berbagi, sama saja dengan bunuh diri.
Mungkin cerita seperti juga yang mendasari kegiatan yang digagas Datsun Indonesia saat berbagi dengan masyarakat Dayak Miau, terkhusus anak-anak SD 1 Miau. Dalam berbagi ada kehidupan
Acara diisi dengan penyerahan bantuan kepada SD I Miau yang diserahkan oleh Ibu Indrie selaku.... dan diterima oleh kepala Sekolah SD I Miau. Setelah acara serah terima Bantuan acara diisi oleh para riser yang heboh-heboh. Om Yogo yang mendemokan uang hilang di dalam mata berhasil membuat para siswa SD itu tertawa dan bertepuk tangan. Ada juga yang merasa ngeri melihat Om Yogo memasukan uang ke matanya. Dia tak tahu bahwa uang itu disimpan di leher Om Yogo.
Setelah pengkondisian, para siswa dibagi menjadi lima kelompok, sama dengan kelompok Risers. Tak ketinggalan dengan Risers 1. Sekelompok anak masa depan bangsa itu diarahkan ke sisi paling jauh dari rumah adat yang besar itu.
Kang Arul memulai dengan sebuah ice breaking. Anak-anak yang masih malu malu itu dicairkan dulu dengan game tepuk tangan dan isyarat tangan. Berhasil, mereka mencair dan tertawa bersama kami. Setelah itu, game selanjutnya adalah membuat puisi secara berkelompok dan berurutan.
Tak mudah bagi anak-anak itu membuat sebuah puisi sederhana dengan tema buah yang diberikan Kang Arul. Akbar, satu-satunya lelaki di grup kami, beberapa kali harus berpikir keras merangkai kata mengikuti kata yang sebelumnya ditulis oleh teman-temannya. Setelah melewati sesi itu, pemenangnya didapat.
Saya kebagian mengakhiri sesi terakhir ini. Awalnya saya meminta puisi mereka dibacakan secara heroik namun tak begitu berhasil. Akhrinya saya meminta mereka untuk menyanyikan puisi mereka dengan lagu yang mereka hapal. Kelompok anggur menyanyikan puisi berjudul Apel dengan lagi pelangi-pelangi. Luar biasa, mereka bisa melakukannya. Kelompok dua juga membacakan puisinya dengan lagu potong bebek angsa. Mereka juga bisa. Akhirnya mereka semua mendapat hadiah.
Tujuan dari game ini adalah untuk menumbuhkan jiwa kebersamaan, inovasi dan percaya diri. Anak-anak itu telah berhasil memperlihatkan kepada kami bahwa mereka mampu. Saya pikir kami lebih banyak mendapatkan ilmu ketimbang yang mereka dapatkan. Betullah kata cerita di atas, berbagi itu menghidupkan.
Sesi terakhir adalah berfoto bersama dengan gaya heboh. Saya mesti loncat berkali-kali dalam sesi ini. Anak-anak SD itu pun melakukannya dengan gembira. Bagi kami, kegembiraan mereka memberikan kenangan yang besar buat kami. Berbagi memang memberikan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H