Ada baiknya mengingat masa lalu. Kata orang bijak, masa lalu ada agar kita tidak tercerabut dari akarnya. Agar kita masih ingat bahwa kita adalah manusia. hanya beda masa dan kulitnya saja. isinya tetaplah kita.
permainan tradisional (Barayasunda.blogspot.com)
Ada ingatan masa kecil ketika tarawih usai, kami tak langsung kembali. Main dulu beberapa saat cukuplah untuk memanfaatkan waktu semasa itu. Kampung kami, Cisitu Lama adalah kampung yang cukup padat, bahkan pada masa itu. sangat banyak mahasiswa itb dan unpad berdiam di kampung padat itu. Namun tahun 80-an, Cisitu masih menyisakan beberapa tempat kami bermain. Ada kebon awi di dekat rumah kami, ada lapangan bola di Coblong yang sekarang jadi mesjid Al Ihsan Darul Hikam dan ada sawah sawah di kampung kaler tempat saya mencari tutut.
Masa ramadhan, Cisitu sangatlah ramai. Saat itu tak banyak mesjid di Cisitu. Hanya ada Fatahillah, Al Falah, atau mesjid Ar Rahman. Makanya saat shalat tarawih tiba, mesjid-mesjid itu sangatlah sempit. Pilihan saya kalau tidak di Al Falah ya di Fatahillah. Keduanya tak jauh letaknya. Saat itu TV belumlah seperti sekarang. Hanya ada TVRI dengan tayangan yang tak begitu menarik. Mungkin lebih menarik bermain bersama teman setelah melaksanakan tarawih.
Jibeh. Satu permainan tradisional yang sering dimainkan setelah tarawih itu. Dasar permainannya adalah ucing-ucingan. Satu orang harus mencari sekian banyak yang bersembunyi. Yang jadi ucing (kucing) bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi. Jika dia bisa menemukan satu orang, maka otomatis yang lain pun kena. Kena hiji (satu) kena kaberh (dapat semua) jadilah JIBEH.
pada permainan kedua, dua orang pertama harus jadi ucing dan mencari temannya. dapat hiji dapat semua, JIBEH. selanjutnya yang ketiga harus jadi ucing dan mencari satu agar kena semua. Jibeh. bayangkan jika anda adalah orang terakhir yang mesti dicari para ucing ini. seru banget.
Pernah satu kali saya menjadi target pencarian terakhir. Belasan anak-anak ucing harus mencari saya yang bersembunyi di rumah. Tentu saja mereka tak pernah menemukan hingga akhirnya, Tatang, salah satu sahabat saya menemukan saya di rumah. mereka marah sekali karena saya bersembunyi di rumah. saya merasa bersalah membiarkan mereka mencari tanpa ketemu. Saya harus meminta maaf agar malam besoknya bisa main jibeh lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H