Lihat ke Halaman Asli

Fajr Muchtar

TERVERIFIKASI

Tukang Kebon

Aplikasi Voluntourism untuk Kegiatan Amal dan Wisata

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Saat menjadi Volunteer di Batam (Dokpri)"][/caption] Apa lagi Voluntourism itu? Saya Tanya mbah google ternyata maksudnya adalah berwisata sambil melakukan kegiatan sukarela di satu tempat. Mungkin apa yang saya lakukan di Batam, bisa disebut sebagai salah satu bentuk voluntourism (lihat tulisan saya : Menikmati batam sambil jadi Volunteer). Di Batam, selain membantu pembangunan rumah saya juga menikmati beberapa wisata dan kuliner batam.

Ide voluntourisme ini sangat menarik karena beberapa tempat indah di Indonesia justru membutuhkan bantuan. Tengok saja tulisan Kompasianer Arif L. Hakim berjudul Ngalap Berkah dari Ngeblog di KompasianaBertugas sebagai relawan Indonesia Mengajar dan ditempatkan di lokasi yang indah tapi cukup terisolir secara geografis. “Kampung yang saya tempati tanpa sinyal. Minim listrik. Jangkauannya pun jauh. Dan tak ada sarana transportasi umum (public boat).” Tulis Arif.

Untung saja Arif bisa menuliskan pengalaman-pengalamannya untuk kita sehingga kita mafhum bahwa banyak tempat Indah di Indonesia masih memerlukan uluran tangan kita. Karena kegiatannya dituliskan di Kompasiana, maka Arif pun mendapatkan support dari Kompasianer dan bloger.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu relawan kami di SMA Babussalam Wakatobi"][/caption] Melihat ini saya pikir tak ada salahnya Departemen Pariwisata bekerja sama dengan para tavel bloger dalam kegiatan voluntourism ini. Para travel bloger tentu saja dengan senang hati menuliskan pengalaman mereka selama perjalanan.  bisa saja mereka mampir ke satu kampung atau sekolah, tanya itu dan ini, serta kemudian dituliskan dalam reportasenya.

Para travel bloger juga bisa dimanfaatkan keahliannya. Secara penerawangan saya, para travel bloger itu berasal dari kelas menengah ke atas. Secara financial dan taraf pendidikan saya rasa cukup untuk dimanfaatkan dalam salah satu kegiatan relawan di tempat wisata tujuannya. Masalahnya kan para travel bloger itu tidak tahu tempat mana saja yang mesti dibantu, bantuannya juga bentuknya seperti apa?

Dinas pariwisata mungkin saja bisa membuat sebuah wadah khusus untuk mewadahi para tavel bloger yang ingin menikmati wisatanya sambil beramal. Bisa juga membuat situs atau aplikasi berbasis android untuk mengumpulkan informasi kebutuhan tempat-tempat wisata kita.  Aplikasi atau situs ini menghubungkan travel bloger dan tempat yang mau dibantu. Pengelola berperan sebagai perantaranya. Dengan demikian para travel bloger yang kebetulan mampir ke tempat tujuannya bisa mengetahui apa dan di mana saja dia dibutuhkan.

Tanpa bantuan dan dukungan dari pihak terkait dan komunikasi sebelumnya toh susah para travel bloger mengetahui tempat yang mesti dibantunya di tempat tujuan wisata. Masa sih ujug-ujug (Tiba-tiba saja) datang ke satu tempat dan minta ngajar ini itu. alih-alih disambut malah diusir.

Dengan informasi sebelumnya kita bisa menikmati keindahan Indonesia sambil membantu saudara-saudara yang memerlukannya. Semoga maju Indonesiaku

http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline