Lihat ke Halaman Asli

Fajr Muchtar

TERVERIFIKASI

Tukang Kebon

Lengkapi Pasar dengan Unit Pengolah Sampah

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Pasar Rakyat sebagai kesatuan ruang, relasi sosial dan budaya (dokkpri)"][/caption] Lebih dari sekedar urusan perputaran uang. Pasar Rakyat mencakup hampir semua dimensi kemanusiaan. Ranah budaya, relasi sosial hingga dimensi ruang. Keunikan pasar rakyat yang seperti ini membuatnya harus tetap dipelihara keberadaannya. Jika Pasar Rakyat hilang karena alasan kemajuan zaman, maka tentu saja salah satu rantai ekonomi, dan sosial yang unik akan hilang.

Sayangnya, hasil survei AC Nielsen tahun 2013 lalu, sebagaimana dikutip dari Kompas, menunjukkan jumlah pasar rakyat di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2007 pasar rakyat berjumlah 13.550, sementara pada 2009 menyusut menjadi 13.450, dan pada 2011 berjumlah 9.950.  Keadaan ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar modern. Pertumbuhan pasar rakyat hanya kurang dari 8,1 persen, sedangkan pasar modern 31,4 persen.

Hal yang paling banyak dikeluhkan terkait pasar rakyat ini adalah kondisi pasar yang bau, berantakan, becek, dan penuh sampah. Kondisi seperti itulah yang kemudian membuat orang enggan untuk ke pasar lagi. Di satu sisi, ada tempat lain yang menawarkan barang yang lebih lengkap,murah dan kondisi yang lebih nyaman semacam supermarket.

[caption id="" align="aligncenter" width="556" caption="Sampah organik di Pasar Palmerah"][/caption] Problem sampah

Menurut perkiraan saya, 60 % sampah pasar adalah sampah organik. Proses yang berjalan selama ini sampah-sampah itu akan dikumpulkan di tempat sampah dan kemudian diangkut ke TPA (Tempat pembuangan akhir). Sementara sampah pasar itu masih bisa diproses lagi menjadi kompos.

Namun tidak banyak pasar yang memiliki mekanisme pengolahan sampah organic menjadi kompos. Padahal dengan menjadikan sampah organic pasar ini menjadi kompos maka akan terjadi pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA. Oleh karenanya perlulah kiranya pasar-pasar rakyat ini juga dilengkapi dengan unit pengolahan sampah organik.

Selain mengurangi sampah yang dibuang ke TPA sebanyak 60 % yang artinya juga pengurangan anggaran pembuangan sampah (DKI memiliki 700 truk yang tugasnya membuang sampah pasar),  akan ada juga peluang membuka lapangan kerja baru.

[caption id="" align="aligncenter" width="556" caption="perlu penanganan sampah pasar untuk menciptakan pasar sehat"][/caption] Tantangan

Tantangan yang ada di depan berkaitan dengan budaya membuang dan memilah sampah. Sebagian besar, tidak terbiasa memilah sampah antara yang organic dan yang non organic. Hal seperti ini tentu saja memperlambat proses pengolahan sampah.

Tentu saja proses penyuluhan dan edukasi menjadi sangat penting. Bukan hanya pedagang tapi juga pengunjungnya. Oleh karena itu kampanye hidup bersih dan sehat harus selalu digalakan. Jika perlu di pasar juga ada petugas dan polisi sampahnya.

Dengan adanya unit pengolahan sampah menjadi kompos di tiap-tiap pasar rakyat, mudah-mudahan cita-cita pasar rakyat yang sehat, nyaman dan aman bisa semakin mudah diwujudkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline