Lihat ke Halaman Asli

Goenawan

Wiraswasta

Jangan Biarkan Kompasiana Dibajak

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1386501579412429936

Kurang dari dua bulan gabung di kompasiana, walaupun sudah lama banget jadi pengunjung kompas.com. Tapi walaupun baru mohon diperkenankan untuk memberi saran. Bukan karena saya merasa pintar atau lebih tahu. Tetapi anggota baru itu ibarat, seorang yang tidak pernah merokok kemudian masuk ke ruangan yang penuh orang merokok dan asap rokok. Pada awal – awalnya dia pasti terganggu dengan polusi udara ini, tetapi tiga empat kali kemudian akan terbiasa dan tidak merasa asap rokok mengganggu. Jadi mumpung saya masih merasa terganggu dengan polusi yang ada maka cepat – cepat saya tulis. Saya baca beberapa artikel bermutu dan mencerahkan, tetapi kemudian artikel itu ga muncul lagi di halaman depan. Artikel yang tampil justru kurang bermutu. Itu sebetulnya sangat disayangkan. Karena para pembaca yang baru pertama atau yang bukan regular akan mempunyai kesan, kompasiana kurang bermutu. Kemudian saya mengamati TRENDING ARTICLE beberapa hari ini. Beberapa memang topik dan isinya bagus. Sebagian lainnya isinya cuma copas berita dua alinea sisanya cerita narsis dari penulisnya yang kurang ada hubungannya dengan berita. Mengapa bisa menjadi trending? Beberapa orang bisa trending berkali kali walaupun isinya kurang bermutu. Setelah saya perhatikan, ada semacam komunitas yang isinya orang – orang itu saja tetapi jumlahnya lumayan banyak. Mereka ini dominan dan rajin memberi komentar walaupun cuma sekedar say hello yang kadang  kebablasan menjadi semacam chatting di facebook. [caption id="attachment_297274" align="aligncenter" width="300" caption="Sempak di Kompasiana yang jadi trending"][/caption] Apakah tidak boleh? Tentu saja boleh, bagaimanapun kompasiana juga sebuah media social. Tetapi kompasiana berbeda dengan facebook atau twitter. Kompasiana hanya memiliki satu default page. Jadi di halaman awal buka kompasiana tampilan semua orang sama, beda dengan facebook dan twitter. Dengan satu default page, maka peran admin menjadi sangat dominan terhadap kesan dan kualitas kompasiana di mata pembaca non regular. Jika tidak maka artikel – artikel menarik akan tertutup dengan cepat dengan artikel yang kurang bermutu yang jumlahnya jauh lebih banyak. Menurut hukum pareto, hanya 10% artikel yang bermutu, yang mempunyai kekuatan 90% mencerminkan kualitas kumpulan artikel. Jadi memberi koefisien bobot tulisan akan membuat trending artikel tidak saja mencerminkan trending dalam arti kuantitas tetapi juga kualitas. Situasi ini pernah dialami almarhum KOPROL yahoo, saat itu koprol yang sebetulnya masih kecil dan potensial, didominasi oleh “senior” atau komunitas tertentu dan selalu menjadi trending. Akhirnya pengguna non “komunitas” menjadi merasa outsider dan menyingkir. Kompasiana tentu lebih sulit tutup karena ter-linked dengan kompas.com. Tetapi jika situasi ini dibiarkan akan menjadi halangan bagi para professional berdiskusi dan menulis disini. Para professional itu semacam developer bagi suatu Operating system semacam android atau ios. OS tidak akan berkembang tanpa adanya developer, karena developerlah yang yang membuat suatu aplikasi bermutu tersedia. Sedangkan yang 90% user akan datang dengan sendirinya jika aplikasi bagus tersedia. Demikian juga dengan kompasiana pengunjung akan banyak, jika tulisan – tulisan di Kompasiana makin keren dan bermutu. Tidak perlu "takut kehilangan" user, takutlah kehilangan para developer (penulis bermutu). Karena tulisan yang bermutu akan menarik lebih banyak user. User dibutuhkan untuk rating iklan tetapi developerlah yang mencreate user. Kalo perlu bayarlah para DEVELOPER ini. Bukan soal uang, tetapi apresiasi yang riil dan sederhana itu bentuknya uang. Bukankah para developer sebuah OS sering mendapat priveledge, mulai dari HP terbaru gratis, sampai seminar gratis yang dibiayai oleh OS. Kenapa tidak diterapkan di kompasiana? Bukan berarti tidak memberi space pada penulis pemula dan mereka yang baru belajar. Tetapi justru memberi trigger bagi pemula untuk cepat menulis berkualitas dan mendapat bayaran dari kompasiana atas profesionalismenya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline