Tawuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai. Tawuran di berbagai kota akhir-akhir ini kerap terjadi. Mirisnya tawuran ini banyak dilakukan oleh pelajar tingkat SMP dan SMA.
Tawuran ini biasa mereka lakukan dengan membawa senjata tajam kemudian menyerang pihak lawan dengan membabi buta. Padahal, mereka merupakan seorang pelajar yang tengah menempuh Pendidikan di sekolahnya, diajarkan oleh gurunya tentang tata cara berperilaku yang baik. Namun, apa yang mereka pelajari tidak sesuai dengan perilaku mereka ketika diluar sekolah. Lalu, apa yang menyebabkan mereka melakukan tawuran? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Dikutip dari Pelayanan Publik.id, faktor pemicu terjadi tawuran kebanyakan terjadi karena hal sepele, sedangkan faktor penyebab terjadi tawuran adalah kecerdasan emosi seseorang.
Dilansir dari Pelayanan Publik.id, menurut Rais (1997) salah satu penyebab tawuran adalah faktor kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi seseorang bisa dipengaruhi apa saja baik dari lingkungan rumah, sekolah maupun pergaulan di luar sekolah. Biasanya pelaku tawuran cenderung cepat emosi dan ingin menyelesaikan permasalahan saat itu juga.
Selain itu, Golmen (2003) menyebut kecerdasan emosi perlu menjadi pijakan, bahkan vital. Hal ini dikarenakan emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh karena kehilangan kontrol emosinya. Hal tersebut juga terjadi pada siswa yang sedang terlibat tawuran yang juga diprediksikan kehilangan kendali terhadap emosinya. Sehingga konsep ini dipandang perlu sebagai salah satu alternatif solusi dari masalah tersebut.
Hal- hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tawuran, yaitu:
1. Membimbing anak untuk melakukan kegiatan positif secara terus menerus
2. Menanamkan kepada anak bahwa tidak boleh melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah
3. Memberikan penyuluhan secara efektif kepada pelajar di sekolah tentang dampak tawuran, hingga membuat mereka berpikir bahwa tawuran suatu kegiatan yang merugikan
4. Mengajarkan anak untuk memperbanyak silaturahmi dan menjauhi permusuhan
Jadi, kesimpulannya kecerdasan emosi seseorang adalah kunci utama dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang cerdas mengontrol emosinya, tidak akan terjerumus untuk melakukan hal-hal yang negative seperti tawuran. Kecerdasan emosi seorang pelajar juga tidak terlepas dari bimbingan orang tua dan guru. Maka, bimbinglah anak-anak kita untuk dapat cerdas dalam mengontrol emosinya, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.