Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Mengubah Karakter?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139855885318226267

By: Futicha Turisqoh

Kurikulum terbaru yang ada kini adalah pendidikan yang berkarakter, yang akan memacu kecerdasan intelektual pada peserta didik. Akan ada program seminar tiap semester atau paling tidak setahun sekali di TK/MI Miftahul Ulum Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ketua Yayasan Miftahul Ulum Gumayun, Bp. Akhmad Salim, SE pada acara Seminar Pendidikan dengan tema "Peran Orangtua dalam Peningkatan Mutu Pendidikan yang Berkarakter" di Kampus KB - TK/MI Miftahul Ulum Gumayun, Senin, 17 Juni 2013 lalu.

Narasumber di acara seminar tersebut Drs. Ahmad Zahid, M. Pd. Beliau mengingatkan peserta seminar yang dihadiri oleh wali murid TK-MI Miftahul Ulum Gumayun agar meniatkan kehadirannya untuk mendapatkan ilmu dan ridho dari Allah SWT.

Apa itu karakter? Banyaknya tawuran, geng motor, pengguna narkoba, maraknya keping CD porno, generasi tua yang masih suka minum-minuman, korupsi, remaja merokok, main kartu, main suap, demo/unjuk rasa, dan lain-lain merupakan karakter anak Bangsa yang jauh dari harapan Bangsa itu sendiri. Lalu, bagaimana cara merubah karakter anak menjadi positif? Pertanyaan inilah yang membuat pemerintah mencoba  dengan membuat kurikulum pendidikan barkarakter di tahun 2013.

Beliau mengamati perbedaan sistem pendidikan organisasi Muhammadiyah dengan NU. Menurutnya, Muhammadiyah lebih condong kepada kerjasamanya, sedangkan NU lebih condong kepada kekeluargaannnya. Keduanya sama baiknya.

Banyaknya orangtua siswa yang hanya mengandalkan pendidikan putra-putrinya kepada beberapa guru dan satu kepala sekolah, apa itu adil dan fair? Sama sekali tidak! Bagaimanapun orangtua tetap punya andil penting dalam mendidik anak. Guru hanya bisa mendidik murid-muridnya di sekolah, selebihnya orangtualah yang punya banyak waktu di rumah untuk anak-anaknya. Waktu yang tersisa itulah yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para orangtua untuk mendidik anak, terutama pendidikan karakter pada anak.

Anak yang suka tawuran merupakan cerminan kurangnya pendidikan anak di rumah. Untuk mengantisipasi hal itu, tugas orangtua yang utama adalah memberi nama anak yang baik, nama yang mengandung doa, kemudian memperbagus akhlak anak, mengajarinya tulis baca, berenang, memanah, dan tidak memberinya makanan kecuali yang halal dan baik, lalu menikahkannya jika ketemu jodoh. (HR. Al-Hakim)

Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan guru dan orangtua murid pada acara seminar tersebut, di antaranya:

1.      Apakah pendidikan karakter bisa dirubah? Sebab ada yang berpendapat, bahwa karakter/watak seseorang itu tidak bisa dirubah, karena sudah mengakar pada diri seseorang.

Jawaban:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline