Lihat ke Halaman Asli

Furqan Jurdi

Pembaca, pendengar dan penulis

Pada Akhirnya Nanti PBB dan Yusril Menjadi Benteng Terakhir Politik Islam

Diperbarui: 18 April 2018   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah berjuang dalam sunyinya jalan pembela Islam dibidang politik, karena semua orang diam melihat kekuasaan mulai lupa diri, akibat hiruk pikuk tuduhan dan kriminalisasi, semua orang tidak berani melawan kezaliman, meskipun ketidakpastian hukum dan ketidakadilan semakin menampilkan diri dalam bentuk yang vulgar.

Saat itulah Yusril Ihza Mahendra dan Partai Bulan Bintang berdiri untuk melawan kedzaliman, memperjuangkan keadilan, menegakkah hukum, dan membela Islam secara konsisten tanpa abu-abu.

Yusril tampil dengan gayanya yang khas, tanpa rasa takut akan resiko, melawan keangkuhan kekuasaan, dengan argumentasi hukum yang jelas dan terang, dengan sikap yang konsisten, dengan keberanian yang tak pernah surut.

Adakah keberanian seperti itu dari para politisi, akademisi dan intelektual Islam seperti Yusril Ihza Mahendra?

Mungkin ada, tapi sedikit yang mau berjuang terus terang seperti itu. Semangatnya, keberaniannya dan harapannya akan peradaban politik indonesia yang baik, membuatnya semangat meskipun harus menghadapi kekuasaan yang besar.

Pendiriannya tidak bisa digoyah oleh terpaan propaganda dan agitasi politik yang menyudutkan perjuangannya. Kekuatannya dimedia sosial tidak seperti orang lain, karena ia tidak mencitrakan diri. Ia ikhlas berjuang meskipun sunyi dari riak tepuk tangan.

Yusril tidak memiliki tim cyber khusus seperti Politisi yang lain, ia tidak berjuang hanya sebatas memainkan issue, tapi berjuang dalam dunia nyata dengan gerakan nyata, tidak sebatas argumentasi dan opini, tapi fakta dan gerakan nyata, dirasakan oleh rakyat Indonesia.

Pengalamannya dalam pemerintahan tidak meninggalkan jejak yang buruk, mulai dari menulis pidato Presiden Soeharto hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menjadi menteri dalam tiga kabinet, dari Menteri Kehakiman dan HAM hingga Menteri Sekretaris Negara.

Ada gerakan yang ingin menghancurkan kredibilitasnya, namun karena ia melawan dengan kebenaran, ia memenangkan pertarungan itu, meskipun melawan kekuasaan negara. Kita pasti tahu kasus SISMIMBAKUM, yang menjadi jejak hukum seorang pakar hukum.

Idealisme terpatri dalam dirinya, mengakar nilai-nilai keagamaan, sehingga segala bentuk keburukan ditolaknya, ia benar-benar menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar dalam kehidupan bernegara.

Keinginan sederhana, agar ummat Islam menjadi bagian yang menentukan bagi jalannya negara. Hukum dijalankan dengan sebenar-benarnya, keadilan dilaksanakan dengan baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline