Lihat ke Halaman Asli

Bimbingan dan Konseling untuk Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di Taman Kanak-kanak

Diperbarui: 5 Februari 2018   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sekolah Rumah bersama Anak Berkebutuhan Khusus - WordPress.com

Bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan kepada anak atau pesera didik melalui pembentukan lingkungan yang kondusif secara sistematis serta berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu memahami dirinya, sehingga mampu mengarahkan diri serta bertindak secara wajar sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya.

Program bimbingan dan konseling sebagaimana yang dimaksud diatas, dapat pula diaplikasikan guna penanganan anak-anak berkrbutuhan khusus, salah satunya anak autis. Hal tersebut karena anak autis juga memiliki permasalahan yang sama bahkan lebih komplek dibandingkan dengan anak-anak nomal.

Perlu dipahami pula bahwa satu disiplin ilmu saja untuk menangani permasalahan anak autis tidaklah mungkin, karena fondasi secara fisik telah mengalami gangguan, yang tentunya akan mempengaruhi interaksi dengan lingkungan dimana anak tersebut dibesarkan.

Hal tersebut juga diperkuat dengan fakta mengenai perkembangan anak autis di Indonesia saat ini yang semakin meningkat tajam. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kelana dan Larasati pada 2007, terdapat lebih dari 400.000 anak penyandang autisme di Indonesia (Susanto, 2015).

Layanan bimbingan dan konseling untuk anak berkebutuhan khusus di TK bertujuan agar anak mendapatkan bimbingan dan konseling, anak berkebutuhan khusus dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan nilai yang dimilikinya.

Untuk anak autis masalah tujuan pemberian bimbingan dan konseling kepada pembentukan kompensasi secara positif dari kekurangan dan kelainan yang diderita anak. Melalui layanan bimbingan dan konseling, para anak autis diharapkan dapat tidak terganggu dengan kelainan yang diderita, melainkan pada diri anak autis diharapkan ada usaha optimalisasikan untuk mengaktualisasikan sisa potensi yang dimiliki.

Dalam kaitannya pemberian layanan dan bimbingan konseling kepada anak penyandang autis ini, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku implusif pada anak autis, salah satunya dengan menggunakan metode ABA (Applied Behavior Analysis) merupakan salah satu metode tata laksana perilaku yang telah berkembang sejak puluhan tahun lalunya.

Beberapa hal yang berkenaan dengan teknik-teknik ABA adalah sebagai berikut:

  • Kepatuhan dan kontak mata adalah kunci masuk ke metode ABA.
  • One-one-oneadalah salah satu terapis untuk satu anak.
  •  Siklus dan discrete trial training yang dimulai dengan intruksi, diakhiri dengan imbalan. Siklus penuh terdiri dari tiga instruksi, dengan pemberian tenggangan waktu 3-5 detik pada instruksi ke 1 dan ke 2
  • Fading adalah mengarahkan anak ke perilaku target dengan promptpenuh, dan makin lama promptdikurangi secara bertahap sampai akhirnya anak mapu melakukan tanpa prompt.
  • Shabingadalah mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin mendekati (successive approximation) respon yang dituju yaitu perilaku target
  • Chainingadalah mengerjakan sesuatu perilaku yang kompleks, yang dipecah menjadi aktivitas-aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian atau untaian secara berurutan (Susanto, 2015).

Peri kita ketahui bahwa anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti anak autis juga sangat memerlukan Bimbingan dan Konseling, karena mereka juga memiliki keterbatan dan kekurangan yang harus kita bimbing dan konseling dengan cara menggunakan salah satu metode di atas. Anak-anak yang berkebutuhan khusus juga harus diberi motivasi dan kasih sayang dari kita untuk menunjangnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline