Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Karakter Krisis Keteladanan

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemberitaan-pemberitaan dimedia masa tentang prilaku generasi mudah saat ini selalu kita tonton ada tragedi yang memilukan, membuat kita tercengang, bertanya , kenapa dan ada apa dengan anak mudu zaman sekarang? Berbagai tindakan penyimpangan dilakukan oleh anak muda, tawauran antar pelajar, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, narkoba hingga pergaulan bebas. Bahkan lebih menyedihkan lagi, perilaku tidak terpuji itu juga terjadi ditempat yang seharusnya karakter ditanamkan, yaitu sekolah. Perilaku anak muda tidak dilepasa dari pengaruh arus moderinisasi. Medorenisasi telah menembussegala aspek dimasyarakat. Dampak moderinisai begitu dahsyat. Salah satu dampak dari moderinisasi itu adalah munculnya generasi instan, generasi yang menekankan pada aspek kesenagan dan kenikmatan tampamelalui proses. Generasi instan terlalu banyak dimanjakan oleh berbagai fasilitas untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Jika sudah seperti itu maka hilanglah karakter mereka. Hilanglah karakter sebuahsebuah generasi penerus bangsa. disinilah pendidikan kita dilanda krisis karakter. Ditengah derasnya moderinitas , anak kehilangan jati dirinya. Kebiasaan kerja keras, gotong royong, persaudaraan, toleransi dan nasionalisme terkikis. Indonesia terancam akan kehilangan generasisnya, generasi yang mencerminkan sosok para pahlawan yang sangat kental dengan budaya ketimuran, satu perkataan dan perbuatanya, yang terjadi saat ini justru generasi muda sekarang lebih mengenal nama-nama artis Korea dari pada mengenal nama-nama- pahlawan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh pergerakan, tokoh politik dan pemerintahan, serta tokoh pendidikan. Dengan kondisi seprti itu, pendidikan karakter beberapa tahun ini menggemah menjadi perbincangan yang hangat dikalaangan akademisi. Upaya pendidikan karakter mendapatkan dukungan. Salah satunya denagan meluncurkan kuruklulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Gaung pendidikan karakter menemui momentumya. Dalam banyak kesempatan, pemerintah gencar mengumandankan pendidikan karakter. Karena itu, adanaya pendidikan karakter diaharapkan banyak kalangan dapat menghidupkan kembali nilai-nilai identitas kepribadian bangsa seperti yang terumaskan dalam pancasila. Tapi cikupkah hanya sampai disitu? tidak! Pendidkan karakter membutuhkan keteladanan. Keteladanan merupakan hal yang utama dalam pelaksaan pendidikan karakter. Keteladanan yang baik perlu ditunjukan adanya guru, keluarga, masyarakat,media dan pemerintah. Keteladan merupakan barang langkah dinegara ini. Krisis keteladan dari masyarakat, terutama dikalangan elit di negri ini membuat generasi muda cendrung mengidolakan figure atau hal-hal yang merusak moralnya. Generasi kita sulit menemukan keteladan, baik dilingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, apalagi ditelevisi keinginan mengkarakterkan anak ternyata tidak sampai. Karena prilaku pejabat pemerintah yang seharusnya mencerminkan sosok, berkarakter justru gagal memberikan wajah positifpendidikan karakter dalam banyak kesempatan polisi dan aparat penegak hukum mempertontokan sifat yang kontras. Para pejabat sibuk korupsi. Anggaran negara dihabiskan memperkuat politik pencitraan dan mendanai oprasional kelompoknya, sibuk memamerkan kemewahan, bersikap hedonistik. Begitu juga dengan dunia hiburan yang dipertontokan media sangat sering denagan pesan-pesan moral. Untuk itu, karakter harus diprorioritaskan dan diimplementasikan secara menyeluruh, bukan hanya untuk sisiwa dan guru, orang tua, masyarakat elit pemerintahan dan seluruh stekholder pendidikan di Indonesia.

Tantangan kedepan

Gagasana pendidikankarakter sangat baik, tapi perlu banyak keritik dalam implentasinya. Karena, keinginan menanamkan pendidikan karakter ditengah krisisi keteladanan bukan pekerjaan muda. Pendidika karakter tidak hanya terbatas sampai selogan kosong tak bermakna. Tugas kita bersama sekarang dan kedepan adalah menyadarkan pimpinan bangsa agar tidak menjadikan pendidikan karakter bersifat retoris. Mereka harus mampu teladan nyata, sehingga dapat menginsprasi karakter lebih luas. Kita harus mulai merenungkan dan berpikir ulang pemaknaan pendidikan karakter. Sebab, karakter tidak diciptakan tampa adanya konsep keteladanan. Ketika para pemberi teladan memberikan contoh buruk, presepsi dan tingkah laku buru yang tercipta. Sebab anak kita menemukan kejujuran kepada orang yang memintanya yang berjuat jujur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline