Menghitung hari bulan Ramadhan akan berganti
Segera ku beralih melihat angka-angka tersusun rapi
Kulihat kalender itu, Ramadhan ternyata tinggal menghitung hari
Berganti hari kemenangan, waktunya kita bermaaaf-maafan
Air mata ini pun menetes, lama sudah aku diperantauan
Rindu suasana itu, Ramadhan di kampung halaman
Suara-suara petasan yang berisik menggangu pekakan telinga
Walaupun pekakan telingga rindu aku suasana itu
Rindu aku ibu, masakan khas yang menggugah selera ku
Pindang iga, pindang ikan patin yang tak pernah lepas ada di meja itu
Rindu aku ayah, minuman dingin yang selalu kau siapkan buat kami
Rndu aku buah berwarna merah, semangka yang kau iris dengan kasih ayah
Rindu Ramadhan di kampung halaman, lembut kalian bangunkan kami sahur
Semangat kalian menghidangkan makanan di meja supaya kami kuat berpuasa
"Kalau tidak kuat jangan dipaksa ya nak' kata bijak selalu terucap
Tak akan pernah kalian marah, disaat aku tak berpuasa karena sakit
Ayah ibu, tinggal menghitung hari Ramadhan akan berganti hari kemenangan
Lezatnya kue Maksubah, manis nya kue delapan jam, enaknya pempek buatan mu
Sholat Idul Fitri bersama di masjid dekat rumah, bersalam-salaman mencari fitrah
Ini semua dalam kenangan indah, menangis aku berada diperantauan
Ayah ibu walaupun tak bersama nikmati Ramadhan bersama kalian
Bulan penuh kemuliaan, bulan pelebur dosa umat muslim
Selalu doa ini terpanjat, Semoga esok kita dipertemukan kembali
Lalui bersama jalani bulan Ramadhan penuh kemuliaan di kota sungai musi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H