Lihat ke Halaman Asli

Job Hunter, Part One: Schlumberger

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 21 Sepetember 2013 lalu saya resmi dilepas oleh kampus tercinta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama dengan beberapa ribu teman lainnya. Bahagia? Pasti. Namun saya juga teringat kata-kata pembimbing KP saya di TRANS TV kemaren : "Di hari kamu lulus, ada berapa ribu pencari kerja baru. Cari kerja itu susah". Dan, dimulailah hari-hari saya sebagai jobseeker alias pencaker alias pencari kerja. Sampai saya menulis ini, ada beberapa proses rekruitmen yang saya ikuti. Beberapa masih diproses, beberapa ada juga yang gagal. Jujur saya bukan orang yang punya pikiran dan rencana jangka panjang soal pekerjaan. Bahkan, mau melamar di bidang apa juga saya belum tahu, hehe (info: saya lulusan Teknik elektro- Telekomunikasi Multimedia). Jadi dari beberapa perusahaan yang saya lamar, jenis industrinya bermacam-macam, mulai telekomunikasi, migas, hingga produk kesehatan.  Setiap pengalaman mencari kerja ternyata mempunyai cerita (kekonyolan dan kebodohan) tersendiri. Nah, salah satunya waktu mengikuti rekrutmen Schlumberger.

Buat yang nggak tau apa itu Schlumberger, itu adalah perusahaan yang menyediakan servis untuk perusahaan-perusahaan migas. Selengkapnya, silahkan google aja ya... Tahapan-tahapan tes Schlumberger ini ada beberapa, saya menyebutnya short interview, aptitude test, FGD, HR interview, User Interview dan MCU.  (Note: semua dialog-dialog bertanda petik di sini nanti aslinya berbahasa Inggris ya)

1. Short Interview
Peserta Short interview ini adalah mereka-mereka yang mendaftar waktu bursa karir ITS. Jumlahnya lumayan banyak, dari jenjang D3, D4, S1 dan S2. Untuk lulusan D4 kalau tidak salah downgrade ke level D3 dan lulusan S2 juga downgrade ke S1. Ada  4 Interviewer, 3 laki-laki dan 1 perempuan. Seluruh peserta mengantri untuk maju ke depan interviewer. Cara interviewnya simpel : kita diberi kartu dengan gambar  tertentu dan disuruh mendeskripsikan gambar tersebut (berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang ditanya 'apa itu tanggung jawab? ' dsb dsb).

Ternyata saya termasuk urutan yang harus ngantri di interviewer wanita. Dari awal udah grogi banget, takutnya malah speechless. Dan ketika tiba giliran saya, beliau mempersilahkan duduk lalu memberikan sebuah gambar :  Wok, alias wajan. Saya langsung tersenyum aja sambil dalam hati ngebatin kenapa ngenes banget, di saat yang lain dapet airport, sekolah, pasara, polisi..saya dapetnya wajan. What can you tell about wok??? Akhirnya saya ngasal aja bilang :
'Ini wajan. Biasanya di dapur. Terbuat dari bahan-bahan keras  ( Lupa wajan terbuat dari apa).'
Trus diem. Mata bertemu mata dengan ibu interviewernya, akhirnya saya bilang 'Ah, saya pernah bikin antena dari wajan beginian' . Seketika itu beliau langsung senyum senyum. Merasa dikasih angin, akhirnya saya teruskan.
'Saya juga sering nonton iklan wajan di TV bu. Ada beberapa teknologi wajan terbaru. Ada yang double pan, diamond coating, dsb dsb dsb (Semakin keliatan kalo keseharian saya nontonin TV Shopping)'
Akhirnya interview tersebut ditutup dengan pertanyaan 'Furi, posisi apa yang kamu apply?.

2. Aptitude Test
Dari 400 an peserta, hanya setengah yang dinyatakan lolos untuk tes berikutnya. Dan saya termasuk di dalamnya. Yeay, ajaib banget mengingat ancurnya interview pertama saya. (Info: ternyata ada yang lebih sial dari saya, temen-temen ada yang dapet 'hidung' dan 'dada' untuk dideskripsikan).  Tes Aptitude ini mirip-mirip tes potensi akademik dan psikotes. Saya ngerjainnya cuma main logika-logika aja sih. Untuk bagian elektro juga yang standar  (yang main-main rangkaian seri paralel) aja yang saya kerjakan. Intinya, masih susah TPA Bapennas lah.


3. Focus Group Discussion

Saya lupa berapa yang lolos untuk tahapan ini. kira-kira 100an orang mungkin. Saya juga termasuk yang lolos. Yeay!. Di tes ini, ada 2 sesi FGD. Saya termasuk sesi yang pertama. Ada 8 group, masing-masing terdiri dari 6 orang. Di sini ada 1 task tertentu  yang harus dikerjakan, yaitu membuat rig dari kertas F4 dengan target ketinggian 100 cm dan aneka ketentuan  yang lain. Mungkin karena saya banyak ngomong  akhirnya lolos untuk interview HR besoknya.

4. Interview HR
Interview HR diadakan di Hotel Sheraton. Saya kebagian jam 7.20 pagi. Karena malamnya masih ngobrol-ngobrol sama temen, walhasil saya telat bangun, huhu. Jam 6 pagi saya baru bangun, dan belum nge-print CV saya. Akhirnya setelah nge-print CV di kamar temen, saya bongkar tas saya, sabet selembar transkrip di atas meja dan memasukkannya ke tas saya bersama CV, dompet dan bolpoin 1 biji. Saya berangkat jam 6.30 pagi dan harus menunggu lumayan lama sampai interviewernya datang. Interviewer saya kali ini orang Indonesia asli. Sebelum interview dimulai beliau meminta CV dan Transkrip saya. Interviewnya seputar perkenalan diri (yang membuat saya kagok, karena ga ada persiapan buat jawab pertanyaan begituan) dan passion hidup. Saya jawabnya agak terbata-bata dan semakin bingung ketika pernyataan-pernyataan saya disangkal oleh beliau. Kemudian di tengah-tengah saya jawab pertanyaan soal keluarga beliau berkata
'Ini bukan transkripmu'
'Maaf pak?'
'Ini bukan transkripmu loh', ujar beliau sambil menyerahkan transkrip saya.
Dalam hati udah was-was. Dan... ternyata yang saya bawa adalah transkrip pacar saya!!
'Oh iya pak, ini punya temen'
'kok bisa di kamu?'
'kemaren saya pinjam buat bantu daftarin CPNS pak'
'lalu kamu bawa transkripmu?'
'Nggak pak, cuma itu aja'.
Wua. Nangis dalam hati deh saya, mengutuk kecerobohan yang saya lakukan pagi ini. Dan interview pun berlanjut...diikuti dengan kebodohan saya yang lain
'Kamu belajar Telkom ya, kurang cocok jadi F.E dong'
'Oh, tapi saya belajar basic engineering juga kok pak. Dan seperti yang saya baca di webnya Schlumberger, untuk posisi ini akan ada fixed-step trainingnya, jadi  semua jenis engineering masih bisa melamar'
'oke. Kamu tau soal OMSLO?'
'Omslo?' Oh my God... ini pasti software minyak-minyak yang sudah jelas saya pasti enggak tahu.
'Iya, omslo'
'Saya nggak tau pak'
Beliau sedikit shock sambil bertanya 'kamu nggak tau soal omslo?'
'Nggak pak'
Interview selanjutnya adalah tentang apa yang saya ketahui soal Sclumberger, soal posisi yang saya lamar. Karena saya kurang persiapan jadi terbata-bata jawabnya. Sampai bapaknya bilang 'Dari penjelasanmu ini bedanya apa Field engineer sama pegawai bank?' Huhu...

Di akhir interview saya, bapak interviewernya memberi wejangan kira-kira seperti ini
'Misalkan kamu mau dinikahi seseorang, pasti kamu ingin tau kan, seberapa jauh dia mengenal  kamu? Jangan sampai kamu salah pilih. Begitu juga dengan kami, pasti ingin tahu seberapa jauh applicant mengenal perusahaan kami, karena keberlangsungan perusahaan ada di tangan karyawannya. Kesempatan hanya akan datang untuk orang-orang yang siap. Oleh karena itu jangan berhenti  mengembangkan diri'

Saya pulang dengan perasaan tenang dan terinspirasi oleh kata-kata Interviewer tadi. Memang saya tidak siap, jadi wajar jika hasilnya mengecewakan. Dan saya harus mengembangkan diri, karena dunia tidak pernah berhenti.

(info: dan dari teman saya yang juga lolos tahap ini, dia juga ditanya soal omslo. Bedanya, bapak Interviewer sempet menuliskan di kertas, dan maksudnya adalah Ohm's law. Hukum ohm. Sebagai lulusan teknik elektro, saya mengaku nggak tau soal hukum ohm. Great. 2 minggu berikutnya saya habiskan dengan jejeritan pas mandi menyesali kebodohan abad ini tersebut)

Hasilnya keluar 1 minggu kemudian dan saya dinyatakan belum cocok dengan  kualifikasi yang dibutuhkan Schlumberger. Bye bye schlumberger ... :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline