Tentu, Partai Nasdem merasa terganggu dan menonaktifkan Zulfan sebagai anggota partai beberapa hari setelah penyataan tersebut keluar. Setelah itulah hubungan antara Zulfan dengan partainya pasang surut hingga menimbulkan ketidaknyamananya di partai.
"Setelah itu kan saya melihat juga, tampak walaupun saya merasa tidak ada kesulitan berkomunikasi dengan kawan-kawan di DPP NasDem. Tapi bahwa sama-sama nggak nyaman, mereka nggak nyaman, saya nggak nyaman," ucapnya.
Zulfan Lindan menegaskan tak ada konflik dengan NasDem, namun hanya hubungan yang digantung. Akhirnya, dia memutuskan mundur dari Partai NasDem.
Zulfan menegaskan bahwa dirinya telah mundur dari kepengurusan DPP Partai Nasdem sejak April 2020 lalu dan telah ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali dan Sekjen Partai NasDem Johhny G Plate.
"Dengan mengucapkan bismillah saya mengundurkan diri dari Partai Nasdem," jelas Zulfan.
Partai Nasdem Rugi?
Keluar masuknya anggota partai tentu bukan lagi hal yang baru. Zulfan Lindan satu dari sekian banyak anggota yang melakukan hal yang sama. Menariknya adalah Zulfan keluar akibat pernyataannya soal Anies Antitesa Jokowi. Kasus nonaktifnya Zulfan pun terkesan menggantung statusnya.
Jika melirik pada persiapan 2024, Nasdem dapat dikatan untung dan rugi. Keuntungannya adalah melepas anggota yang memang tidak sejalan atau tidak selaras dengan keputusan partai. Konsekuensi kehilangan anggota memang diperlukan untuk berjalannya roda keputusan lewat ketua umum.
Disisi lain, kerugian yang dialami Nasdem cukup besar. Keluarnya Zulfan Lindan sebagai anggota yang cukup senior dapat menjadi bola salju yang akan membesar karena Zulfan tahu betul bagaimana pola dan strategi Nasdem sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H