Indonesia menjadi salah satu negara yang diperkirakan akan terdampak resesi ekonomi di tahun 2023. Hal tersebut nampak dari adanya beberapa fenomena perekonomian global yang masih berlangsung seperti laju inflasi tinggi, fenomena strong dolar, krisis pangan hingga perang yang berdampak pada negera-negara lain.
Peringatan tentang adanya resesi ekonomi ini sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati pada saat pertemuannya dengan Gubernur Bank Sentral Negara anggota G20 di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
"Kita bisa memproyeksikan bahwa situasi global ini pada 2022 dan mungkin bisa berlanjut hingga 2023, ungkapnya, dikutip dari laman Youtube Bank Indonesia, Rabu, (19/10/2022).
"Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi," lanjut Sri Mulyani.
Menurut laporan World Economic Outlook: Countering The Cost of Living Crisis yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) yang melihat bahwa tahun 2023 merupakan tahun pertumbuhan terlemah sejak 2001.
Negara yang dipastikan akan terdampak adalah Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Sementara China diperkirakan akan berada pada kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan. Pasalnya, ekonomi China yang biasanya tumbuh double digit, kini hanya mampu tumbuh single digit.
Survei Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan, China hanya mampu tumbuh 3,2 persen di tahun 2022, jauh dari target dan harapan dari pemerintah negeri Panda tersebut yang sebesar 5,5 persen.
Hal ini membuat negara Indonesia berada dalam posisi yang dilematis dan perlu mawas diri. Pasalnya, China adalah negara pangsa pasar utama bagi Indonesia sendiri. Selain itu, 33,8 persen impor kita dari China, dan tujuan ekspor ke China porsinya 21,8 persen.
Kemungkinan terjadinya resesi ekonomi terhadap negara Indonesia ini juga diyakini oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira.