Lihat ke Halaman Asli

Pendendam Masa Lalu

Diperbarui: 17 Juli 2022   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Si tukang diam itu bernama bella , bela adalah anak remaja berusia 17 tahun yang kutu buku suka menjaili temannya fara . Ia sepandai peneliti jumlah jarum pentul pengait kerudung , kepekaannya yang tidak bisa dipridiksi dan ia salah seorang anak muda yang bucin atau butuh cinta ... eaaaaaaaaaakkkk !! . Suatu pagi yang memberikan nuansa kegirangan , tiba lah sosok seorang wanita tua di tepi sungai , di balik pohon beringin dan di seberang desa terpencil bersama dengan lelaki yang kelihatannya membawa buah tangan dari kota itu menuju menghampiriku dengan raut wajah yang gembira . 

Mereka adalah orang tuaku . 2 tahun aku ditinggal ayah dan ibuku bekerja di kota hanya untuk menghidupi keluarganya di desa sebut saja aku dan adikku . "Assalamuallaikum putri cantikku , mahkota kehidupan Ayah Ibu . Ucap mereka " . Aku senang Ibu datang tepat waktu di hari ulang tahun ku dan Ayah masih peduli sama kami disini , kita bisa merayakannya bersama-sama . Disaat aku dan fara duduk , aku tidak tahu kalau di sampingku ada wanita cantik yang duduk bersamaan dengan Ayah Ibuku . Ia menolehkan wajahnya kehadapanku , dan " hai apa kabar nona ! perkenalkan aku tante Maya ( kolega Ayahmu ) . sahut wanita itu dengan lantang " . Rupanya Ayah sudah lancang untuk membawa temannya itu ke rumah bersama dengan Ibu , Fara pun sebagai teman curhatku merasa tidak nyaman saat beliau mengatakan hal itu . Bergegas Fara mengajak aku pergi dan keluar dari rumah , " Eehhh! mau ngapain kok kasar yaa . Fara dengan nada yang marah , " ayoo kita pergi disini ada hawa panas yang membara . Ku gerah ,bel " . Kata Fara 

Suasana tambah tegang ditambah dengan perdebatanku . Adikku terbangun hingga menangis , " Ayah Ibu , Andra kangen . Andra ingin tidak ada gaduh di rumah ini " . Aku mengajak Andra untuk menjauh dari mereka yang sedang emosi ." Dra , mari ikut kakak . Ucap bella" .  Andra pun mengerti kalau dirinya tidak sepantasnya mendengar keributan itu , dan Andra pun ikut dengan kakaknya . 

Seusai mereka cek-cok , Ibuku dengan tangisan yang mengisak itu menahan untuk melanjutkan perselisihan itu dan menghampiri Andra yang sedang menangis pelan di kamarnya . "Nak , maafin Ibu sudah membuat mu seperti ini . Memeluk Andra " . Di bangunan tua dekat rumah ku ,Fara membawaku kesana . Ayah dan Ibuku cemas mencariku dengan Tante Maya yang selalu membela dirinya itu," Nah lihat sendiri kan akibat dari orang tua tidak bisa mendidik anak-anaknya sampai anaknya pun mengetahui hal ini ! Orang tua macam apa kalian yang selalu membuat kegaduhan padahal hari ini adalah hari dimana seharusnya kalian dapat menjelaskan bahwa aku ini sudah sah menjadi Ibu tiri mereka , tapi apa ! . Sahut Ibu berlari menghampirinya ," jaga ucapanmu Maya ! semua ini tak bakalan terjadi bila kamu yang menggoda Suamiku di kantor " . Membentak Maya . Kebahagiaan adalah duri tajam perselingkuhan,dan keharmonisan hanyalah ucapan kosong yang menganggu . Aku sebagai anak sekaligus kakak dari Andra merasa pasrah dengan keadaan ini . Mau bagaimanapun mereka tetap orang tuaku yang sudah membesarkan aku dan Andra .Tapi , kami pun tidak mendapatkan kenyamanan . Andra yang usianya masih sangat kecil bisa dibilang masih belum dewasa terlihat murung di kamar. Seakan bimbang dan gelisah terlihat dari wajah Ibu , " Ayah minta maaf Bu.. Ayah tidak bisa menjadi pemimpin yang baik . " Ucap Ayah dengan nada pelan ."

~tunggu kelanjutannya yaa~

Selamat Membaca , guys !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline