Lihat ke Halaman Asli

FULAN SYEVINURVIANA

Pemula literasi

Hak Hidupku Sudah Tidak Ada

Diperbarui: 9 November 2023   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hak Hidupku Sudah Tidak Ada

Hari ini, angin bertiup sepoi-sepoi. Namun, bagiku, segala sesuatu terasa hampa. Aku, seorang gadis berusia 17 tahun, yang seharusnya tengah menikmati kehidupan remaja, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Hak hidupku telah lenyap.

Aku tumbuh di sebuah desa kecil yang indah, tempat semua orang saling mengenal dan tolong-menolong. Namun, semuanya berubah ketika konflik pecah. Suku-suku yang sebelumnya hidup berdampingan dalam damai, kini terlibat dalam pertikaian sengit. Orang-orang yang dulu kuanggap saudara, sekarang terpecah belah oleh permusuhan.

Keluargaku terjebak dalam pusaran konflik ini. Ayahku, seorang petani yang baik hati, tiba-tiba dituduh sebagai mata-mata suku lain. Tanpa proses yang adil, ia dihukum mati. Ibuku, yang selalu tegar, harus berjuang menyediakan makanan untuk adik-adikku dan aku. Namun, kehidupan menjadi semakin sulit setiap harinya. Aku tidak bisa pergi ke sekolah lagi, dan mimpiku untuk melanjutkan pendidikan pupus begitu saja.

Hari demi hari, aku merasa seperti tak memiliki masa depan. Aku merindukan senyum ayah, pelukan ibu, dan ceria adik-adikku. Hak hidupku, hak untuk hidup dalam damai dan belajar, sudah tidak ada. Aku hanya ingin hidup normal lagi, tanpa perasaan takut dan ketidakpastian.

Meskipun keadaan begitu sulit, aku bertekad untuk melakukan apapun untuk melindungi keluargaku dan meraih kembali hak hidupku. Aku tahu perjuangan ini tidak akan mudah, tapi aku percaya bahwa suatu hari nanti, damai akan kembali ke desaku, dan aku bisa menjalani kehidupan seperti remaja biasa yang lain.

Ketika malam tiba, aku duduk di bawah langit yang dipenuhi bintang, berharap bahwa suatu saat, semua orang di desaku akan kembali merasakan hak hidup yang seharusnya ada. Meskipun hari ini mungkin gelap, aku tidak akan pernah kehilangan harapan bahwa esok akan menjadi lebih cerah.

Mungkin itu saja yang bisa kusampaikan dalam dua halaman cerpen ini. Semoga cerita ini dapat menggambarkan perasaan dan perjuangan tokoh utamanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline