Lihat ke Halaman Asli

Alvilatifahfina

Senggang dalam hidup, adalah memahami kehidupan dengan lebih fasih.

Ketika Hati Anda Lebih Sering Resah

Diperbarui: 12 Oktober 2019   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah hidup dua puluh empat tahun, dikala sedang senggang. Tidak melakukan apa-apa atau memang sedang disibukkan dengan apa-apa. Kesadaran itu muncul, perasaan bosan dengan kehidupan. Melakukan rutinitas yang diri sendiri tidak tahu, pada akhirnya mengiginkan apa? 

Dulu, ketika disibukkan dengan kegiatan sekolah, sama sekali tidak merasakan kehampaan ini. Perasaan ini muncul tatkala sedang disibukkan dengan kegiatan bekerja. Sungguh ini adalah kegelisahan yang membuatku jenuh dengan kehidupan. Setiap hari melakukan kegiatan yang sama, tapi tidak tahu. 

Setelah banyak hari yang dilalui. Memang apa yang Aku harapkan? Sekedar mencari rupiah dan membeli barang-barang yang diinginkan? Sungguh membosankan, harta benda tak cukup membuatku tenang. Hatiku tetap resah, uang tidak akan pernah sepadan dengan ketenangan batin.

Degradasi Keimanan

Hati yang gelisah sebab merindukan Rabbnya

Hati yang tidak kunjung tenang sebab merindukan kedekatan dengan Rabbnya.

Nafsu dan keserakahan berasal dari kurangnya kedekatan dengan Rabbnya.

Kecerdasan hanya sampai pada pangkal lidah.

Jika kita terlalu banyak berkutat dengan kehidupan dunia, menjadikannya sebagai prioritas. Jarang berdoa, jarang mengingat sang pencipta, perasaan inilah yang biasanya menjangkiti kita. Menjalani hari-hari dengan perasaan was-was, sedih hati, dan tanpa arah. Kita jadi lelah dengan kehidupan.

Dan bertanya seperti manusia tidak bertuhan, "Di dunia ini apakah Aku hanya sekedar menjalani profesi dan mencari uang?". Kelalaian ini terasa begitu bodoh, setelah bertahun-tahun lamanya pernah mengenyam pendidikan seolah semua yang dilakukan dibelakang tidak lebih hanya kesia-siaan. Bagaimana tidak, teori-teori yang banyak itu sudah kita pelajari selama bertahun-tahun tapi masih saja batin kita resah.

Masih banyak, pejabat yang tenang-tenag saja ketika KORUPSI, masih banyak yang dengan ringan melakukan jual beli jabatan, bahkan banyak kompromi untuk memperjuangkan keburukan. Semakin bertambah usia bukannya semakin tenang tetram, malah banyak yang jadi sampah kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline