Lihat ke Halaman Asli

Fujiyani Lestari

Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati

Menggenal Pupujian Sebagai Sastra Islam Masyarakat Sunda

Diperbarui: 1 Juli 2024   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masuknya islam ke Nusantara pada abad ke 7 menjadi cikal bakal lahirnya pupujian pada masyarakat Sunda. Seiring berjalannya waktu lahirlah pesantren yang menjadi wadah untuk menimba ilmu agama, disana diajarkan bagaimana baca tulis al quran, kitab, sunah nabi dll termasuk bagi masyarakat Sunda diajarkan Pupujian. Lalu, apa itu pupujian ? Seperti apa bentuknya?

Dalam bahasa Sunda, Pupujian adalah kumpulan kata yang terikat oleh padalisan (larik, baris) dan pada (bait). Istilah "pupujian" dan "nadoman" kadang-kadang digunakan untuk membedakan satu sama lain. Nadoman adalah puisi tentang ajaran agama, sedangkan puji-pujian adalah puisi yang mengucapkan terima kasih kepada Allah.

Isi pupujian terbagi menjadi enam kelompok: (1) memuji kebesaran Tuhan, (2) selawat kepada Rasulullah, (3) doa dan taubat kepada Allah, (4) meminta safaat kepada Rasulullah, (5) menawarkan nasehat kepada umat untuk beribadah dan melakukan hal-hal baik dan menahan diri dari perbuatan jahat, dan (6) memberikan pelajaran tentang agama, termasuk iman, rukun Islam, fikih, akhlak, tarikh, tafsir Alquran, dan sorof.

Selain itu, ada pupujian dengan isi yang tidak masuk ke dalam enam kategori tersebut karena isinya berupa etika dan mantra yang berkaitan dengan pergaulan. Pupujian tentang menulis surat, bersikap baik terhadap pemerintah, melawat orang sakit, dan bertamu adalah contohnya. Puisi pupujian sunda muncul bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Jawa Barat, kira-kira pada tahun 1580, setelah Kerajaan Pajajaran runtuh dan tetap tunduk kepada kerajaan Islam. Puisi pupujian menjadi salah satu cara untuk mengajarkan agama dan ajaran kesusilaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Puisi pupujian memiliki dua tujuan: ekspresi pribadi dan sosial. Fungsi sosialnya lebih menonjol daripada fungsi ekspresi pribadi.

Puisi pupujian digunakan untuk menyampaikan berbagai ajaran agama dan memengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku manusia. Puisi pupujian digunakan sebagai media pendidikan karena disampaikan melalui nyanyian yang dihafalkan sehingga siswa dan masyarakat tergugah untuk mengikuti nasihat dan ajaran agama yang dikumandangkan melaluinya.

Sebelum Perang Dunia II, puisi pupujian sering dikumandangkan di pesantren, madrasah, mesjid, langgar, dan tempat lain untuk belajar. Sebelum salat subuh, magrib, dan isya, puisi pupujian ini dialunkan. Puisi pupujian di tempat-tempat tersebut sekarang agak jarang digunakan, meskipun masih ada, tetapi fungsinya sudah berubah. Sebelumnya terutama digunakan sebagai media pendidikan, tetapi sekarang hanya merupakan kegiatan seni yang bersifat seremonial. Misalnya, tidak boleh dipakai selama musabaqoh tilawatil Quran, intihan, Maulud Nabi, atau Rajaban. Puisi pupujian ini tetap berfungsi sebagai alat pendidikan untuk membantu anak-anak mempelajari agama Islam.

Contoh Pupujian Bahasa Sunda

Pupujian Eling-eling Umat

Eling-eling umat (kesadaran rakyat)

Muslimin muslimat (muslimin muslimat)

Hayu urang berjama'ah shalat maghrib (Yuk sholat Maghrib berjamaah)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline