Manusia dan AI: Melampaui Dilema "Saya, Robot".
Dalam film ikonik tahun 2004 "I, Robot", adegan penting antara Detektif Del Spooner dan robot Sonny menangkap wacana yang sedang berlangsung seputar kecerdasan buatan (AI) dan kemampuan manusia.
Detektif Spooner, yang mewujudkan skeptisisme manusia, mempertanyakan Sonny tentang esensi kemanusiaan, dengan alasan bahwa kreativitas, sifat dasar manusia, tidak dapat dicapai oleh mesin.
Spooner menantang Sonny dengan mengatakan, "Manusia punya mimpi. Anjing pun punya mimpi, tapi kamu tidak. Anda hanyalah sebuah mesin. Sebuah tiruan kehidupan. Bisakah robot menulis simfoni? Bisakah robot mengubah kanvas menjadi mahakarya yang indah?"
Jawaban Sonny yang sederhana namun mendalam, "Bisakah?"
Adegan ini menimbulkan pertanyaan apakah AI benar-benar dapat menandingi atau bahkan melampaui kreativitas manusia, menunjukkan bagaimana masing-masing AI saling bersaing dalam kompetisi keterampilan.
Bukan kompetisi tapi kolaborasi
Saat ini, kita melihat manusia dan AI bekerja sama, masing-masing kuat di bidang berbeda, namun keduanya memiliki keterbatasannya masing-masing.
Tema keseluruhannya jelas: manusia selalu menggunakan teknologi untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik. Komputer digunakan selama revolusi industri ketiga. AI hanyalah langkah selanjutnya dalam proses ini.
Bertentangan dengan gambaran dalam fiksi ilmiah, tim kami di Fujitsu percaya bahwa hubungan antara manusia dan AI bukanlah sebuah kompetisi melainkan sebuah kolaborasi. Kecerdasan manusia terus menghasilkan alat yang semakin canggih, dengan AI menjadi mitra terbaru dalam upaya kita mencapai kemajuan dan evolusi.