Lihat ke Halaman Asli

Super_Locrian

Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Teknologi Pemberantas Hoax

Diperbarui: 26 Agustus 2024   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc pribadi

"Megawati panik delapan partai menangkan Anies pada 2024"

Pernah baca atau terima informasi ini? Tenang saja ini hanya informasi bohong atau biasa kita sebut HOAX. Berita semacam ini sudah bukan barang baru di Indonesia, berita bermuatan negatif dan disinformasi ini makin marak ketika perkembangan dunia digital dan sosial media semakin menjadi tren di Indonesia. 

Semakin mudahnya akses dunia digital dan penggunaan sosial media tentu tak dapat membendung siapa pun untuk menyebarkan informasi kepada publik, terlepas dari informasi tersebut benar atau tidak. Sikap bijak kita sebagai pengguna teknologi dan penerima informasi dibutuhkan untuk mengkurasi setiap informasi yang kita terima. 

Terkadang justru sisi emosional yang mendasari seseorang meneruskan untuk menyebarluaskan informasi yang belum jelas kebenarannya. Sehingga rantai penyebaran informasi bohong atau Hoax akan berlanjut dan semakin panjang.

Selain dibutuhkan kematangan diri dan cara berpikir untuk mengkurasi setiap informasi yang kita terima, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk membantu mengenali informasi yang mengandung unsur kebohongan. 

Belakangan ini, penyebaran disinformasi melalui AI generatif dan konten sintetis di internet telah menjadi isu sosial. Hingga saat ini, terdapat penelitian tersendiri mengenai teknologi yang mendeteksi disinformasi yang disengaja dengan menggunakan deepfake dalam bentuk kalimat tertulis, gambar, audio, dan video untuk mencegah penyebarannya. 

Perusahaan IT asal Jepang, Fujitsu memulai penelitian dan pengembangan untuk menciptakan sistem komprehensif guna mengambil tindakan melawan disinformasi yang mendeteksi dan mengevaluasi penipuan dari berbagai sumber dan memberikan analisis komprehensif terhadap disinformasi tersebut.

Untuk menentukan keaslian informasi, sistem kontra-disinformasi proyek ini akan menganalisis konten dan menentukan apakah kalimat tertulis, gambar, audio, dan video dibuat oleh AI generatif atau tidak. Selain itu, grafik dukungan pada sistem yang menghubungkan hubungan antara berbagai bukti akan membantu menentukan keaslian informasi dengan menganalisis konsistensi dan inkonsistensi di antara bukti-bukti tersebut. 

Hal ini juga akan mengevaluasi dampak sosial dari disinformasi. Dalam proyek ini, Fujitsu akan menentukan persyaratan untuk setiap kasus penggunaan sistem untuk permintaan publik dan swasta. Dengan menggabungkan empat fitur berikut, Fujitsu akan menciptakan sistem untuk melawan disinformasi.

Fitur 1: Analisis informasi berdasarkan jenis media dan deteksi disinformasi
Mengembangkan teknologi untuk memecah dan mengekstrak kalimat, gambar, video, dan media audio yang disertakan dalam postingan media sosial berdasarkan jenis medianya, menganalisis konten, dan menggunakan hasilnya sebagai bukti, serta menentukan apakah itu palsu yang dibuat oleh AI generatif.
Fitur 2: Pengelolaan bukti dan dukungan
Membuat sistem untuk mengelola grafik berbagai bukti informasi dari internet yang diekstraksi melalui fitur 1.
Fitur 3: Dukungan untuk penentuan keaslian yang komprehensif
Mengembangkan teknologi yang menganalisis konsistensi dan inkonsistensi bukti yang terkait dengan informasi dari model bahasa besar (LLM) dan mendukung untuk mengidentifikasi apakah informasi tersebut benar atau salah.
Fitur 4: Evaluasi dampak disinformasi
Menerapkan teknologi untuk menganalisis karakteristik disinformasi, dan mengevaluasi skala penyebarannya.
Fujitsu akan menggabungkan teknologi-teknologi ini dan mensistematisasikan keseluruhannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline