Lihat ke Halaman Asli

Super_Locrian

Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Kebocoran Data, Salah Siapa?

Diperbarui: 3 Juli 2024   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

global.fujitsu

Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini, menyuguhkan berbagai macam kemudahan dan inovasi yang dapat dimanfaatkan berbagai kalangan dan industri. Sebut saja teknologi uang virtual yang marak sejak beberapa tahun belakangan. Inovasi ini memudahkan orang untuk bisa melakukan transaksi tanpa harus membawa berlembar uang yang kadang membuat dompet tak dapat menutup sempurna.

Kapan saja, dimana saja, asal tersambung dengan jaringan internet maka transaksi virtual bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit. Selain itu, inovasi teknologi juga merambah pada proses pengiriman data baik pribadi ataupun dokumen. 

Di masa kini, kita tidak perlu lagi repot menyiapkan amplop, prangko, bahkan harus dating ke kotak pos atau ke kantor pos hanya untuk mengirim dokumen ke tempat tujuan yang membutuhkan waktu berhari-hari. Cukup dengan koneksi internet, data dalam bentuk digital pun bisa terkirim hanya dalam hitungan detik. Canggih bukan?

Sedemikian banyak inovasi teknologi yang kita rasakan saat ini di kehidupan, mungkin sampai kita tidak lagi bisa mengingat terperinci inovasi teknologi apalagi yang sudah ada di sekitar kehidupan kita karena saking banyaknya.

Namun sadarkah kita dengan adanya inovasi teknologi yang semakin memudahkan ini, tentu ada sisi gelap yang bisa menjadi ancaman terutama untuk privasi. Karena bicara inovasi teknologi tentu tidak terlepas dengan proses konversi data konvesional menjadi data digital yang bisa dengan mudah tersebar.

Keamanan data menjadi konsen utama jika bicara proses konversi data menjadi digital. Bukan sekali atau dua kali terjadi kebocoran atau pembobolan data instansi, Perusahaan, bahkan data negara sekalipun. Sebut saja negara-negara maju di Eropa, Amerika, semua pernah merasakan pembobolan data oleh orang tak bertaggungjawab. Tentu Indonesia tak luput dari jamahan tangan para pembobol dunia maya.

Indonesia sedang menghadapi tantangan serius terkait kebocoran data, sejak beberapa tahun silam. Tidak hanya Perusahaan swasta, bahkan Perusahaan plat merah dan instansi pemerintah pun pernah merasakan tatkala pembobol dunia maya ini, mengobok-obok data di Perusahaan mereka. Fenomena ini menciptakan ancaman terhadap kepercayaan masyarakat terhadap keamanan data mereka.

Hal ini tidak hanya menjadi risiko potensial terhadap data pribadi, tetapi juga menimbulkan ancaman nyata atas kemungkinan penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sepanjang 2023, terjadi kebocoran data lintas sektor di Indonesia yang bahkan merugikan Perusahaan. Salah satu instansi pemerintah pernah merasakan jutaan data peserta keanggotaannya lengkap dengan nomor induk kependudukan (NIK), nama lengkap dan alamat, bocor di situs dark web.

Sementara dari sektor keuangan, salah satu bank plat merah telah menjadi korban ransomware atau salah satu serangan siber dengan modus pemerasan yang dilakukan Lockbit atau kelompok peretas di dunia maya. Total data yang dicuri sebanyak 1,5 TB yang berisikan 15 juta data pribadi pengguna, termasuk dengan kata sandi, data karyawan, dan dokumen legal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline