Lihat ke Halaman Asli

Fuji Lindya

Pedagang

Menasehati Bukan Memarahi

Diperbarui: 6 Agustus 2022   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

 

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS. Al Asr ayat 3)

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Imron ayat 104)

Dari dua ayat di atas setidaknya kita mengetahui bahwa nasihat menasihati bukanlah hal yang remeh apalagi tak punya tujuan. Tapi saling memberi nasihat dan menasihati itu ada perintahnya dari Allah SWT yang disampaikan dalam Al Qur’an. Sudah dipastikan ketika melakukannya berarti mematuhi perintah-Nya.

Memberikan nasihat artinya memberikan ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Sebagai muslim ukuran baiknya itu yang sesuai pedoman yang diajarkan Rasulullah bersumber Al Qur’an dan Sunah.

Jadi memberikan nasihat bukan diartikan marah memarahi orang lain karena kesalahan yang diperbuat. Memberikan nasihat ada etikanya. Karena pada dasarnya suatu nasihat diberikan untuk tujuan baik, maka sudah seharusnya nasihat diberikan dengan cara yang baik agar suatu kebaikan tersebut dapat diterima dengan baik pula.

Etika memberikan nasihat:

1. Niat Ikhlas karena Allah SWT.

Sudah diketahui bahwa suatu nasihat diberikan itu ada perintah-Nya. Maka mengerjakannya dapat berpeluang jadi ibadah. Karena itu niat ikhlas karena Allah SWT harus dilahirkan sebelum memberikan suatu nasihat.

2. Disampaikan dengan cara yang baik.

Berdasar QS Thaha ayat 44, Nabi Musa dan Harun saja ketika disuruh menasihati Firaun (orang yang keras kepala dan mengaku Tuhan) diperintahkan untuk berbicara dengan lemah lembut.

Sementara kita bukan Nabi dan bukan orang seperti Firaun pula yang dinasihati. Maka memberikan nasihat harus dilakukan dengan cara yang baik. Bukan memaki atau marah-marah.

3. Tabayyun

Ketika memberikan nasihat jangan asal menasihati. Apalagi kalau nasihat hendak diberikan karena ada permasalahan sebelumnya. Agar menasihati sesuai dengan keadaan dan tidak memperkukuh suasana maka perlu dilakukan sebelum suatu nasihat diberikan.

4. Nasihat tidak harus diterima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline