Seorang pemimpin akan menjadi panutan bagi semua orang dalam segala hal baik dalam bercakap, bertindak dan dalam mengambil keputusan dimana setiap keputusan yang diambil akan memberikan konsekuensi pro kontra dan akibat jangka pendek dan panjang bagi kebermanfaatan. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) dalam sistem among ngemong dan pratap triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani menjadi dasar yang kuat bagi seorang pemimpin untuk menjalankan roda organisasi.
Pemikiran KHD tersebut seyogyanya diinternalisasi dalam diri seorang pemimpin yang dijiwai oleh nilai-nilai kebajikan universal berdasar hati nurani untuk menuntun yang dipimpinnya menuju tujuan bersama seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jwab dan penghargaan akan hidup.
Nilai-nilai kebajikan universal tersebut menjadi dasar yang sangat penting bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar keputusan yang diambil bisa memuaskan semua orang atau meminimalisir ketidak puasan. Proses pengambilan keputusan akan berjalan lebih efektif jika menggunakan pola pendekatan percakapan dengan paradigma pemberdayaan seperti coaching. Percakapan ala coaching akan dilalui dengan pengantar pertanyaan berbobot yang berusaha untuk menemukan solusi dari orang yang sedang di coaching (coachee). Solusi yang diutarakan coachee akan menjadi bahan pertimbangan bagi coach untuk mengambil keputusan terhadap permasalahan yang ada. Kemampuan coaching tersebut akan lebih baik dengan didukung oleh kematangan diri dalam aspek sosial dan emosional seorang coach.
Terlebih lagi apabila keputusan yang diambil terdapat 2 kebenaran yang sama-sama sangat dibutuhkan dan diharuskan memilih salah satu. 2 pilihan dilematis inilah yang kemudian menjadi akar dilema etika. Kearifan seorang pengambil kebijakan dan keputusan betul-betul diuji ketika harus mengambil 1 dari 2 pilihan yang sama-sama diinginkan.
Dalam dilema etika yang membuat bingung pengambil keputusan terdapat empat paradigma berfikir yaitu indvidu lawan kelampok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang. 4 paradigma ini akan menjadi salah satu pertimbangan mana kepentingan yang akan diambil untuk memenangkan 1 keputusan.
Untuk berfikir ulang dalam keputusan yahng sudah diambil minimal ada 9 langkah yang perlu mendapat perhatian sebagai konsep pengambilan dan pengujian keputusan yaitu (1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, (2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, (3) kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, (4) pengujian benar lawan salah, (5) pengujian benar lawan benar, (6) melakukan prinsip resolusi yaitu berfikir berbasis hasil akhir atau peraturan atau rasa peduli, (7) investigasi opsi trilema, (8) buat keputusan, dan (9) lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Dengan bekal di atas diharapkan seorang pemimpin akan mengambil keputusan dengan bijak dan tiap keputusannya lebih berpihak pada kepentingan mayoritas dibandingkan minoritas yang berdasar pada nilai-nilai kebajikan universal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H