Lihat ke Halaman Asli

Sosok Pemimpin Ideal dalam Pemberdayaan dengan Aksi Coaching

Diperbarui: 4 Oktober 2022   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sosok pemimpin pembelajaran ideal yang mendorong semua warga sekolah terutama guru untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dalam nuansa pemberdayaan adalah harapan semua insan sekolah. Ketika guru sudah berdaya dan senantiasa mengembangkan kompetensi diri nanti diharapkan akan berimbas kepada terberdayanya potensi murid yang akan menghasilkan generasi emas Indonesia.

Ada beberapa metode pengembangan diri yang biasanya dipraktekkan di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, training dan coaching. Dari beberapa metode tersebut coaching saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di lingkungan pendidikan. 

Sebagai salah satu pendekatan memberdayakan yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin,  coaching didefenisikan sebagai proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

Coaching dalam dunia pendidikan dikaitkan erat dengan tujuan pendidikan versi Ki Hajar Dewantara dimana tujuan pendidikan itu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Proses menuntun ini didasarkan pada sistem among yakni ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani.

Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai pendekatan dan strategi yang telah disepakati bersama antara coach dan coachee. Proses coaching yang berhasil ditandai dengan menghasilkan kekuatan bagi keduanya untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Ada 8 kompetensi inti coaching yang seharusnya dipahami oleh pemimpin yang akan melaksanakan coaching yaitu mendemontrasikan praktek etis, mewujudkan pola pikir terbuka dan ingin tahu, menetapkan dan memelihara perjanjian, menumbuhkan kepercayaan dan keamanan, kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang berbobot dan memfasilitasi pertumbuhan. Coaching dalam dunia pendidikan fokus pada 3 kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Kehadiran penuh adalah kemampuan untuk bisa hadir secara utuh baik badan, pikiran dan hati sehingga akan fokus dalam kegiatan bersama. Salah satu cara menciptkan kehadiran penuh adalah dengan tehnik pernafasan STOP dan mindfull listening.

Mendengarkan aktif sering disamakan dengan menyimak dimana seorang coach yang baik akan lebih banyak mendengarkan dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat percakapan adalah pada diri coachee sebagai mitra bicara atau komunikan dengan memahami keseluruhan makna yang bahkan makna tersirat yang tidak terucapkan. 

Seorang coach harus mengesampingkan asumsi pribadi yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Ada 3 hal yang biasanya menghambat seorang coach dalam fokus mendengarkan aktif yaitu asumsi, malabel dan asosiasi.

Mengajukan pertanyaan berbobot merupakan keterampilan super inti dalam coaching. Pertanyaan yang diajukan akan menggugah orang untuk berfikir dan memancing coachee untuk memunculkan ide-ide baru dalam rangka membuat aksi pengembangan kompetensi diri. Salah satu mengutarakan pertanyaan berbobot dengan teknik RASA yang merupakan akronim dari receive, apreciate, summarize dan ask.  

Receive dilakukan dengan memperhatikakn pembicara dan menerima semua ucapan yang diutarakan dengan mendegarkan secara penuh dan mengambil kata-kata kunci. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline