Lihat ke Halaman Asli

Media Social untuk Terapi Realitas

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14115636312035446212

Perkembangan teknologi dan informasi memang sudah tidak mampu dibendung lagi, mulai dari kalangan atas sampai bawah semua sudah bisa menikmati perkembangan teknologi ini. Facebook dan twitter merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang sangat sulit untuk dibendung. Tempo.co (29/6) mencatat bahwa Jumlah pengguna facebook di Indonesia saat ini mencapai 69 juta orang. Padahal, enam bulan sebelumnya, jumlah pengguna Facebook di Indonesia hanya 65 juta orang. Ini artinya ada kenaikan sekitar 6 persen. Data statistik yang dilansir CheckFacebook.com, jumlah pengguna Facebook di Indonesia telah masuk 10 besar jumlah pengguna Facebook terbesar di dunia. Indonesia bertengger di peringkat tujuh, mengatasi Australia, Spanyol, dan Kolombia di peringkat 10. Sementara untuk pengguna socmed twitter berdasarkan data versi situs Sycomos, pengguna Twitter dari negara-negara asia mencapai 7.74% dari total pengguna Twitter di berbagai belahan dunia. Peringkat pertama pengguna Twitter di Asia diduduki oleh Indonesia dengan 2.34%, diikuti Jepang 1.47% dan India 0.97%.

Mengingat laju Perkembangan media sosial baik twitter dan facebook yang ada di masyarakat patut mendapatkan perhatian. Terlebih sebagian msyarakat menggunakan media social ini tidak hanya memanfaatkan socmed ini untuk menemunkan teman lama dan berbagi, namun juga sebagai ajang untuk mencurahkan dan mengeluarkan emosi yang ditekan dan dirasakan,yang menarik adalah pengguna media social banyak yang melakukan editing foto atau membuat kata-kata yang lucu untuk berkomentar maupun berbagi status.

Mungkin kita semua pernah melihat tulisan dalam sebuah majalah lama yang sudah diedit seperti ini “Persulit Mahasiswa, jenazah sulit dikebumikan” atau “Tuhan saja memberikan ujian sebatas kemampuan hambaNya, sementara Dosen?”serta bentuk editing foto dan tulisan lain yang serupa dan marak beredar di media sosial.

Hal tersebut sangat menarik untuk diamati,terlebih apabila dikaitkan dengan konsep reality therapy yang telah dikembangkan oleh William Glasser. Dalam konsep dan tehnik reality therapinya Glasser (1996) mengatakan bahwa Reality therapy merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan lngsung. Reality therapi berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi kebutuhan –kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.

Salah satu tehnik reality therapi yang digunakan oleh Glasser adalah Humor. Humor ini digunakan oleh Glasser untuk mendorong suasana individu menjadi lebih segar dan rileks. Lee Berk dan Stanley Tan, peneliti dari Loma Linda University School of Medicine di California telah menemukan manfaat Humor (tertawa) pada imunitas sejak lama. Salah satu proyek penelitian mereka dipublikasikan pada tahun 1988. Hasil penelitian tersebut mendeteksi terjadinya penurunan secara nyata hormon stres (yaitu hormon yang dilepaskan tubuh pada waktu seseorang mengalami stres).

Hal serupa juga banyak kita temui di dunia social saat ini, beberapa orang melakukan editing foto ataupun membuat tulisan-tulisan yang menarik dan lucu untuk memunculkan efek humor dan menurunkan tingkat stress.Dimedia social juga banyak bertebaran akun-akun lucu yang memilki ribuan follower. Motif mereka mengikuti akun tersebut bermacam-macam, ada yang memang semata untuk mencari lucu-lucuan, menggunakan “tangan ketiga” untuk meluapkan emosi, sampai dengan menjadi sarana untuk menghibur diri.

Dalam hal ini, humor bisa sangat membantu dalam menurunkan tingkat kecemasan. Humor juga mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, membuat kita merasa terlindungi dan memiliki kontrol pada lingkungan kita. Memang kita tidak bisa mengontrol segala yang terjadi dalam hidup kita. Tapi setidaknya kita mampu mengontrol cara kita melihat masalah dan respon emosional yang kita pilih untuk kita tampilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline