Lihat ke Halaman Asli

Mengaktualisasikan Potensi Tertinggi (Fitrah) dengan Melepaskan Belenggu Perasaan dan Nafsu ‎‎(Hasrat)‎

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Itulah yang menjadi tema kuliah tamu pada hari Sabtu, 30 Nopember 2013 yang bertempat di STAIN ‎Kediri. Dengan narasumber Dr. Hendro S,Psi Psikolog yakni Dosen Universitas Guna Darma Jakarta. ‎Acara ini digelar oleh Jurusan Ushuludin Prodi Akhlak & Tasawuf STAIN Kediri. Barangkali karena ‎adanya relevansi antara program studi tersebut dengan teori yang tengah digeluti oleh Bapak Hendro ‎yakni “Psikologi Transpersoal”. ‎


Transpersonal berarti melampaui pribadi manusia. Menurut hemat penulis, teori ini banyak mengadopsi ‎doktrin-doktrin agama sebagai komponennya. Semisal dalam budha dikatakan bahwa manusia akan ‎selalu menderita jika dalam tindakan hidupnya bergantung pada keinginan, hasrat dan nafsu. Maka teori ‎transpersonal mengatakan bahwa potensi tertinggi manusia yang dinamakan fitrah akan tertutup. ‎
Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk melatih diri agar mampu melepaskan belenggu-belenggu ‎keinginan yang ada dalam diri seseorang. Bahkan Dr. Hendro sendiri mengaku sejak 2003 lalu telah ‎memulai latihan dan belum tuntas hingga sekarang. Beliau mengakui salah satu perasaan yang pernah ‎membelenggunya adalah setiap beliau menjumpai orang yang popoler, beliau selalu ingin memaki-maki ‎dan memarahinya meskipun beliau sadar bahwa orang populer tersebut tidak melakukan kesalahan ‎padanya. ‎
Setelah dilakukan terapi, akhirnya beliau menemukan kejadian yang menjadi penyebab sikap benci pada ‎orang-orang populer tersebut. Jadi Pak Hendro sejak SD hingga SMP selalu disuruh tidur siang oleh ‎orang tuanya. Sehingga kurang mendapatkan kelompok bermain saat SD dan kebiasaan itu terbawa ‎hingga di bangku SMP. Menduduki bangku SMA beliau dihadapkan pada exschool yang banyak ‎beraneka ragam. Beliau mengikuti banyak exschool tersebut mulai dari basket, seni rupa, dan lain-lain. ‎Hingga pada suatu waktu beliau menjadi seorang yang populer. Karena menjadi populer, banyak lawan ‎jenis yang suka. Intinya beliau mengisahkan bahwa saat menjadi populer, beliau juga menghadapi ‎banyak konflik. Sehingga beliau membenci dirinya sendiri. Karena selama menjadi seorang yang belum ‎populer, konflik yang dihadapi tidaklah sebanyak ketika popularitas ia dapatkan. Hal ini menjadikan ‎setiap berhadapan dengan orang populer, beliau seperti berkaca melihat bayangan kepribadiannya ‎sendiri yang ia benci.‎
Menurutnya ada tiga sikap yang bisa diambil dalam menghadapi perasaan. Yakni dengan cara ‎menekannya, mengekspresikannya, dan melepaskannya. Dan yang terbaik adalah dengan ‎melepaskannya. Terapi ini bisa dilakukan dengan cara sederhana sebagai berikut:‎
‎1.‎ Duduk yang tenang dan bernafaslah yang dalam hingga ke perut. Bayangkan anda ‎menggelembungkan balon diperut anda dan lepaskanlah pelan-pelan. Lakukan teknik pernafasan ‎ini hingga terapi selesai.‎
‎2.‎ Perlahan pejamkanlah mata anda dan hadirkanlah kembali kejadian dan perasaan yang ingin ‎anda hilangkan. (Misalnya dalam contoh diatas, maka bayangkanlah bahwa anda menjumpai ‎seorang yang populer, kemudian rasakan bahwa anda marah dan ingin memaki-makinya). Dan ‎terimalah perasaan sakit itu dengan sepenuh hati.‎
‎3.‎ Tanyakan pada diri anda sendiri “Apakah anda bersedia melepaskan perasaan ini?” ‎dengarkanlah suara hati anda. Ulangi terus pertanyaan ini hingga hati anda bersuara “Ya atau ‎Ya, bersedia”. ‎
‎4.‎ Selanjutnya tanyakan lagi “Apakah anda mampu melepaskan perasaan ini?”. Ulangi pertanyaan ‎bila perlu hingga hati anda menjawab “Ya”. Kapan? “Sekarang”.‎
Demikianlah latihan ringan untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang membelenggu fitrah kita. ‎Perasaan yang memblokir daya potensi pada diri manusia.‎

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline