Seyyed Hossein Nasr merupakan tokoh intelektual islam dan sekaligus pemikir islam, ia lahir di Teheran, Iran, pada tanggal 7 april 1933. Ayahnya bernama Seyyed Valiullah Nasr, yang memiliki kedudukan sebagai ulama, dokter dan pendidik di Iran pada masa kekuasaan Reza Shah. Seyyed Hossein Nasr menempuh pendidikan dasar di Teheran yang banyak mengulas pendidikan tradisional islam, Nasr juga belajar kepada sejumlah ulama besar di Qum Iran untuk mendalami tasawuf, filsafat, dan ilmu kalam. Pada saat dewasa Nasr melanjutkan pendidikan tinggi ke Amerika di Massachusetts Institute of Technology (MIT) ia mendapat gelar B.Sc dan M.A dalam bidang ilmu fisika. Pada tahun 1958 ia melanjutkan pendidikanya di Universitas Harvard mendalami bidang sejarah sains dan filsafat Islam, dan berhasil mendapatkan gelar Ph.D.
Dapat kita fahami bahwa Syyed Hossein Nasr awalnya menggeluti pendidikan dibidang fisika dan sejarah sains dan filsafat Islam namun ia mendapatkan saran dari guru gurunya untuk mendalami lagi ilmu Metafisikan dan Sufisme, kemudian Nasr kembali ke Iran untuk mendalami filsafat Timur dan filsafat tradisional bersama para tokoh agama seperti Kazin Asar, Abu Hasan al-Qazwini, dan Thabathaba'i.
konsep pemikirannya Syyed Hossein Nasr yang paling berpengaruh yaitu filsafat perennial. Yang dimaksud Nasr filsafat ini adalah kearifan Tradisional dalam Islam. Pemikiran ini muncul karena kritik Nasr terhadap krisis manusia modrn, dalam kritiknya ini Nasr menjelaskan bahwa peradaban manusia moderen yaitu peradapan yang dangkal yang hanya mengutamakan Sains yang Empiris dan Rasional, diluar itu manusia modern tidak mempercayainya sesuatu yang tidak telihatan oleh panca indra, bahkan Metafisika dilupakan. Dalam buku Nestapa Manusia Nasr menjelaskan beberapa problem utama manusia modern yaitu: Misosophia/ kebencian, Desakralisasi Pengetahuan, Degradasi Metafisika Sebagai Cabang Filsafat. Dalam ulasannya tersebut peradaban manusia moderen hanya menggunakan yang rasional yang diterima dan alat utamanya hanya menggunakan logika.
Pada hakikanta pengetahuan abadi/ Scientia Sacra bersumber pada Pengetahuan suci dari dalam jantung setiap Wahyu dan ia merupakan pusat lingkungan yang meliputi dan menentukan atau tradisi. Dalam scientia sacra terdapat dua sumber utama yaitu sumber wahyu dan intuisi intelektual yang menyelimuti cahaya hati dan pikiran manusia, sehingga dimungkinkan hadirnya pengetahuan yang bersifat langsung,dapat dirasakan dan dialami, atau dalam tradisi Islam disebut dengan al-ilmu al-hudluri atau ilmu yang hadir.
Dengan ini filsafat perennial Sayyed Hossein Nasr adalah respon yang dimunculkannya setelah melihat krisis peradaban manusia modern. dengan ini topik yang paling kelihatan dari pemikiran filsafatnya yaitu tentang pembebasan manusia modern dari perangkap dan keterkurungnya budaya dan peradaban yang diciptikan manusia sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H