Lihat ke Halaman Asli

Piala Dunia 2018, Mengapa Manajer?

Diperbarui: 30 Juni 2018   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan manajer kembali disorot dan menjadi diskusi terutama berakhirnya liga-liga profesional di Eropa dan menjelang mulainya Piala Dunia Rusia 2018. Ada yang berhasil di liga. Tapi yang gagal juga tidak kurang. Bahkan yang dipecat sebelum liga selesai, manajer tersebut dipecat. Hebatnya ada juga manajer-manajer yang spesialis untuk mempertahankan agar klub tertentu tidak turun kasta. Ini marak di liga Primer Inggris.

Ada catatan menarik yang diungkapkan oleh Carlo Ancelotti, dalam bukunya "Quiet Leadership"-Winning Hearts, minds and matches, bahwa yang paling susah adalah mengelola talenta. Ini harus berhati-hati, memahami harapan pemain dan perilakunya. Pendapat Ancelotti dibenarkan oleh Paolo Maldini, bahwa Carletto yang merupakan nama panggilan Carlo Ancelotti, bahwa Ancelotti selalu mengelola para pemainnya di AC Milan bagaikan dalam satu keluarga.

Pendapat lain dari Ancelotti bahwa ketika ia mulai menjadi manajer di klub Inggris, Asosiasi Para Manajer mempunyai majalah bulanan yang membuat ia kaget bahwa masa kerja manajer di Liga Inggris rata-rata 27 bulan. Tapi Ancelotti tidak terlalu kaget karena di Italia rata-rata masa kerja manajer adalah 27 jam oleh karena itu dengan kepemimpinan yang jarang bicara, yang utama adalah memenangkan hati dan pikiran dari para pemangku kepentingan dalam klub. Tentu saja fans selalu ingin menang, dan ini pun bisa dipahami. Masalah ini juga harus ditangani dengan pendekatan yang baik.

Lain lagi dengan para manajer untuk tim-tim peserta Piala Dunia Rusia 2018. Ada yang belum selesai kontraknya tapi sudah di putus. Sementara ada manajer-manajer yang sepertinya ahli Afrika karena lebih senang melatih dan memimpin tim-tim negara Afrika. Tantangannya nampaknya berbeda. Memang manajer beda. Kalau tidak meyakinkan akan di putus kontraknya walau belum selesai. Sedangkan pemain paling banter dipinjamkan ke klub lain setelah sekian lama di parkir saja karena tidak berhasil. Bahasa yang sering dipakai adalah yang bersangkutan kalah bersaing di posisinya atau yang bersangkutan tidak sesuai dengan skema strategi bermain.  

Akan halnya manajer yang berhasil dengan mempersembahkan piala, bonus akan menanti. Manajer tersebut mulai menepuk dada dan melakukan acara jumpa media dan pers. Banyak cerita sang manajer yang berhasil. Memang paling enak bicara kalau sudah berhasil. Lain lagi jika tidak mendapatkan piala. Ada saja alasan dan argumentasinya Ini bahkan terjadi bagi manajer yang belum berhasil tapi masih jumawa karena dia tahu bahwa manajer yang cocok dengan pemilik tidak banyak jumlahnya. Oleh karena itu manajer tersebut senang berceloteh karena dua tahu bahwa tidak mudah memecat dia apalagi kalau masih dalam kontrak. Kalau tetap dipecat maka manajer tersebut akan dapat pesangon yang tidak sedikit sesuai dengan klausul-klausul di kontraknya.

Berita terkini adalah dipecatnya manajer tim Spanyol, Julen Lopetegui. Pelatih Spanyol ini sukses dalam mengawal tim Spanyol memasuki gerbang Piala Dunia Rusia 2018. Dalam penyisihan kualifikasi grup hanya satu kali Spanyol bermain imbang dengan Italia. Selebihnya menang. Sementara dalam pertandingan persahabatan Spanyol tidak terkalahkan. Satu-satunya kesalahan Lopetegui adalah dia memutuskan menerima tawaran dari Real Madrid untuk menjadi manajer Real Madrid.  

Ini membuat Asosiasi Sepakbola Spanyol berang.  Kontan President Asosiasi Sepakbola Spanyol atau Association  Real Federacion Espanola de Futbol (RFEF). Kenapa Lopetegui tidak sabar menunggu usainya Piala Dunia 2018? Hanya Lopetegui dengan   Florentino Perez yang tahu jawabannya. Semua penggemar sepakbola hanya bisa mereka-reka,. Memang disayangkan keputusan Lopetegui menerima jabatan di Real Madrid,karena semua penggemar tim Spanyol mempertanyakan tanggung jawabnya. Di pihak lain,  Penggemar tim Spanyol bisa saja kecewa dengan pemecatan tersebut karena penggantinya Fernando Hiero sempit waktunya untuk mengkonsolidasi skuadnya. Faktor manajer dipertaruhkan dan menjadi pertanyaan besar.

Signifikan:

Sejauh ini ada keyakinan bahwa hasrat dan antusiasme merupakan yang signifikan dalam memenangkan pertandingan.  Sementara tugas dari manajer adalah dengan memberikan motivasi kepada para pemain. Lihat saja Jose Mourinho ketika di bak pertama tim Manchester United dalam posisi ketinggalan dalam skor sementara 

Maka Mou akan cenderung merengut. Dia duduk dan membahas sesuatu dengan asistennya. Saat turun minum Jose Mourinho memanfaatkan waktu istirahat tersebut dengan memberikan motivasi. Di babak kedua, Manchester United terlihat bermain bagus dengan mengejar ketinggalan. Tapi apakah ini karena sang manajer?

Simon Kuper, kolumnis dan penulis sepakbola yang umumnya d menganalisis ari aspek antropologi, mengatakan bahwa untuk memenangkan  pertandingan yang utamanya bukan antusiasme dan hasrat menang serta peran manajer.. Namun yang bermakna adalah bagaimana para pemain mengoper bola  (passing) dengan memanfaatkan geometris yang cerdas. Sementara itu yang terlihat sebagai antusiasme dan hasrat,  sesungguhnya adalah keunggulan dalam fisik para pemain. Stamina, kebugaran,  dan daya tahan akan jauh lebih penting. Contohnya adalah ketika Meksiko mengejutkan sang juara bertahan Jerman dengan 1-0.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline