Lihat ke Halaman Asli

Final Liga Europa: Ajax vs Manchester United 'Semangat vs Pengalaman'

Diperbarui: 24 Mei 2017   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita akan menyaksikan final Liga Europa 2016/ 2017 yang menarik antara Ajax vs Manchester United. Kedua klub yang sarat dengan prestasi ini sama-sama berambisi untuk merebut piala bergengsi dalam kejuaraan antar klub Eropa. Walau Liga Europa bukan yang paling bergengsi karena kalah pamor dengan Liga Champions, dengan adanya nama Ajax dan Manchester United otomatis akan mengangkat reputasi Liga Europa yang sering dikonotasikan sebagai kejuaraan kasta kedua.

Kedua klub, Ajax dan Manchester United masing-masing usianya lebih dari 100 tahun. Adalah dua dari sekian klub yang disegani di Eropa. Bahkan di dunia pun kedua klub ini disegani oleh kawan dan lawan. Manchester United yang berdiri pada 1878, sedangkan Ajax telah eksis sejak 1900. Tak pelak lagi bahwa kedua klub ini layak untuk bertemu di final Liga Europa  2016/ 2017.

Klub Ajak yang berpusat di Amsterdam akhir-akhir ini mulai membenahi diri setelah sekian lama tidak berjaya di benua biru. Sementara Manchester United yang lama menjadi penguasa Liga Primer Inggris sedang dalam proses untuk mengembalikan kejayaan mereka. Tidak mudah untuk merangkai kembali Liga Primer karena banyaknya pemain berkualitas serta pelatih berpengalaman di ajang kompetisi yang disebut paling populer. Kondisi ini juga berimbas kepada prestasi Manchester United di benua Eropa. Masuknya Manchester United ke final Liga Europa kali ini jelas tidak akan disia-siakan. Dengan pelatih berpengalaman Jose Mourinho, Manchester United pasti akan berusaha sekuat mungkin untuk merebut piala Liga Europa. Namun  demikian, Ajax yang pelatihnya relatif kurang dikenal, Peter Bosz, dengan para pemain muda yang tak kenal lelah, tidak pernah takut, siap untuk melumat Manchester United.

Pemain:

Skuad Ajax boleh dikatakan tidak ada pemain bintang sama sekali. Terakhir ketika berhadapan dengan Lyon pada semi final di pertandingan tandang Ajax turun dengan formasi 4-3-3. Untuk lini 11 pemain  yang pertama diturunkan terdiri dari A. Onana sebagai penjaga gawang. Kemudian 4 lini belakang adalah J. Veltman, D. Sanchez, M de Ligt, dan N. Viergever. Keempat pemain belakang ini tidak satu pemain yang top. Yang namanya diketahui melalui media hanyalah J. Veltman.Kemudian, di lini tengah diturunkan  D. Klaasen, L. Schone, dan H. Ziych. Barangkali hany Klaasen yang relatif dikenal. Untuk trio depan,  B. Traore, Kasper Dolberg,  dan A. Younes. Sementara sebagai pelatih Ajax kali ini adalah Peter Bosz. Pelatih yang satu ini juga tidak banyak yang tahu kriprahnya.

Memang dari 11 pemain Ajax ini terdapat 5 orang yang masuk dalam tim Nasional Belanda. Mereka adalah Veltman, Klaasen, Nick Viergever, Keny Tate, dan Matthijs de Ligt yang baru berumur 17 tahun. Tapi Keny Tate bukan 11 pilihan pertama dari pelatih ketika melawan Lyon. Walau begitu, tim Nasional Belanda saat ini sedang terpuruk prestasinya di lingkungan Eropa. Bahkan tim Orange sudah kurang diperhitungkan lagi. Ini memang membuat pusing KNVB, organisasi sepakbola Belanda.

Satu hal yang harus dicatat adalah bahwa keikutsertaan Ajax di Liga Europa  setelah tim ini tersingkir dari Liga Champions. Nampaknya dengan sisa-sisa energi yang ada, Peter Boasz berhasil membangkitkan skud muda ini. Hal lain yang patut diperhatikan adalah adanya penyerang pinjaman dari Chelsea, Bertrand Traore. Pemain Burkina Faso ini sepertinya cukup baik bermain di Ajax dibandingkan di Chelsea yang kalah bersaing dengan penyerang-penyerang lainnya. Harus dicatat bahwa umurnya baru 22 tahun. Di lini tengah ada Hakim Ziyech, pemain berdarah Maroko yang sekarang membela negara asalnya. Pemain usia 24 tahun ini cukup menjanjikan.

Berlainan dengan Ajax, maka skuad Manchester United penuh dengan pemain bintang. Di depan ada Ibrahimovich, pemain yang sudah berkelana di klub-klub besar. Memang saat melawan Celta de Vigo di pertandingan kandang Zlatan tidak diturunkan. Dengan formasi 4-3-3-skuad utama yang diturunkan oleh pelatih Jose Mourinho  adalah Sergio Romero, di bawah mistar. Penjaga gawang tim Nasional Argentina ini dikenal tangguh. Untuk urusan belakang, kuartetnya terdiri dari A. Valencia, E. Baily, D. Blind, dan M Darmian. Keempat pemain ini adalah pemain yang sudah matang. Catatan untuk Blind adalah eks Ajax. Sedangkan trio di lini tengah,  ada M. Fellaini, Ander Herrera, dan Paul Pogba. Trio ini adalah pemain-pemain yang sarat dengan jam terbang. Apalagi Pogba, gelandang yang nilai transfernya sangat tinggi.  Sementara Rushford, Lingard, dan Mikhtaryan juga merupakan pemain-pemain pilihan. Alhasil, skuad Manchester United penuh dengan pemain bintang, berpengalaman, dan matang. Ditambah dengan pelatih Jose Mourinho merupakan plus bagi klub yang bermarkas di Old Trafford.

Peluang:

Secara kasat mata, pasti mayoritas penonton akan condong ke Manchester United yang menjadi juara Liga Europa kali ini. Pengalaman ditambah kematangan bermain memang menjadi jaminan mutu bagi Manchester United.  Pertandingan antara skuad Ajax yang muda belia melawan skuad Manchester United yang berpengalaman  bisa dibandingkan ketika di semifinal Liga Champions antara Juventus melawan Monaco. Skud Monaco yang penuh dengan pemain muda terbukti tidak mampu berbicara banyak melawan raksasa Italia, Juventus.  Apalagi dengan penjaga gawang Gianluigi Buffon yang dilindungi oleh tiga bek Barzagli, Bonucci, dan Chiellini, mereka berempat laksana benteng yang sulit ditembus.

Walau begitu, bagi pendukung Ajax, jelas mereka tidak mau disamakan dengan Monaco. Ajax tetap Ajax yang sebagai klub paling sukses di Belanda, terbukti pernah Berjaya di Eropa. Kali ini langkah-langkah mereka tidak akan mudah dihentikan oleh pasukan asuhan Jose Mourinho.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline