Lihat ke Halaman Asli

Taman Mini These days (about what it looks like)

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1370984233635687158

Muesum Keprajuritan Taman Mini  Idonesia

First impression yang saya dapatkan dari museum ini saat saya pangdang dari luar benar-benar menakjubkan seperti benteng benteng saat masa medieval eropa. Tidak piker panjang saya dan 3 teman saya langsung membeli tiket untuk masuk ke museum ini. Didepan museum ini ada kolam yang sangat besar menyerupai laut dan ada beberapa dermaga juga, selain itu di pojok kiri museum ada miniature kapal perang yang dipakai bangsa Indonesia saat penjajahan belanda, sebelum masuk ke museum kita di temukan took souvenir disamping miniature kapal perang itu.

Pada saat di dalam museum kami mulai dengan melihat-lihat dan membaca apa yang ada di diorama yang ada di lantai 2, sebenarnya menarik sayang sekali tempat ini tidak terawatt, debu dimana-mana, lampu museum yang remang-remang seperti tempat prostitusi saja, dan patung-patung juga ada yang cacat seperti jarinya yang hilang atau patah huuufftt. Terakhir kali saya ke taman mini sudah lama sekali, dan saat itu Taman Mini masih teriihat bagus dan dalam kondisinya yang sempurna berbeda dengan yang sekarang, pengunjungnya juga sangat sedikit di hari biasa.

Diorama museum ini menceritakan perjuangan bangsa Indonesia melawan belanda dari berbagai penjuru bangsa ini dan menampilkan sosok prajurit-prajurit dari seluruh suku maupun pulau di Indonesia. Yang membingungkannya seluruh prajurit Indonesia yang ada di diorama hanya menggunakan pedang, parang, tombak dsb. Sedangkan belanda menggunakan meriam, senjata api, pedang dan masih banyak lagi tetapi sebagian dari perang di menangkan oleh Indonesia. Dari segi persenjataan jelas sekali kalau belanda jauh unggul di banding prajurit-prajurit Indonesia, tetapi belanda masih bisa kalah terhadap prajurit-prajurit Indonesia, menakjubkan.

Kelenteng “Kong Miao” rumah ibadat agama Khonghucu

13709843441258562684

Setelah dari museum keprajuritan saya mengunjungi kelenteng “Kong Miao” disini adalah miniature tempat ibadat agama khonghucu atau bisa dibilang bukan miniature tapi memang tempat ibadat, sayangnya kita tidak diperolehkan masuk ke bagian dalam dari kelenteng ini (mungkin belom buka loket tiketnya hehe) Disamping kanan dari kelenteng ini terdapat bangunan dimana terdapat banyak dupa  di dalamnya di pintu masuknya ada papan dengan tulisan “qi fu dian” saya mengira kalau tempat tersebut adalah juga tempat ibadat lainnya selain bangunan utama dari kelenteng “kong Miao”

Bangunan di samping Kelenteng  “kong Miao”

13709844522016602472

Setelah dari kelenteng “Kong Miao” kami mengunjungi berbagai miniature rumah adat yang ada di Taman Mini, tidak semua kita kunjungi, hanya rumah adat Sulawesi selatan, NTT, Nangroe Aceh Darussalam dll. Setiap miniature rumah adat memiliki took souvenir tetapi saya tidak tertarik dan melanjutkan perjalanan.

Museum Telekomunikasi TMII

13709845721329406578

Tidak banyak yang bisa dikatakan tentang museum ini Museum ini menampilkan berbagai macam alat telekomunikasi dari jaman terdaulu sampai sekarang tetapi bisa dibilang saya kurang senang mengunjungi museum ini, selain tempatnya yang kotor danbanyak bocor disana-sini, objek museum seperti patung dan koleksi-koleksinya yang lain sangat tidak terawat, ada patung yang di foto 60 tahun yang lalu (mungkin) masih terilah bagus catnya dan mengkilap, saat saya lihat yang aslinya tanggannya patah dan kursinya dig anti dengan kursi yang lainnya huuuffftt. Kami tidak bisa menjelajahi sampai lantai yang paling atas karena semakin kita keatas udara semakin pengap, panas dan seperti oksigen sangat seidikit di atas sana, jadi kami memutuskan untuk turun dan hanya melihat-lihat koleksi yang ada di lantai 1 dan 2 saja. Ada macam macam koleksi disini dari telepon umum yang sangat jadul sampe telpon umum yang menggunakan kartu untuk pembayarannya, ada juga mesin server untuk telepon genggam dimana semua sinyal saat kita menelpon akan tertangkap didalam radar dan di salurkan melewati server lalu dihubungkan ke nomer yang kita tuju, masih banyak lagi koleksi-koleksi yang saya tidak bisa sebutkan semuanya.

Untuk saran saja, menurut saya TMII sudah menurun kualitasnya dari terakhir saya dating kesana. Perawatan terhadap koleksi-koleksi museum benar benar rendah sehingga koleksi tersebut cepat terlihat tua dan suasana museum menjadi suram. Mungkin sedikit perawatan untuk memulihkan keadaan tsb diperlukan.

“SALAM UG”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline