Lihat ke Halaman Asli

Fuad Imtihan

Karyawan di perusahaan konsultan

Isra Miraj dan Pengalaman Manusia Berjumpa Tuhannya

Diperbarui: 27 Februari 2022   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap tanggal 27 Rajab umat Islam memperingati salah satu peristiwa penting dalam perjalanan kenabian Muhammad SAW. Peristiwa tersebut adalah Isra dan Miraj, yaitu suatu peristiwa di mana sang Nabi melakukan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, yang dilanjutkan ke langit dan akhir berjumpa dengan Tuahnnya.

Penulis tidak akan masuk pada perbedaan pendapat apakah peristiwa tersebut terjadi secara fisik atau hanya dalam alam ruh saja. Penulis lebih melihat dalam kaca mata spiritual ketika seorang hamba berjumpa dengan Sang Pencipta.

Manusia berasalah dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Secara sadar atau tidak sadar manusia melakukan aktivitas kembali kepada-Nya. Bagi yang melakukan dengan kesadaran maka ia melakukan hal-hal khusus yang bertujuan untuk bisa melakukan perjumpaan dengan-Nya. Banyak amalan-amalan yang dilakukan sebagai bagian dari upaya tersebut. 

Kembali kepada Tuhan merupakan sebuah kepastian. Ketika manusia meninggal maka ia kembali kepada-Nya.

Sebagian orang ingin melakukan perjumpaan dengan Tuhan semasa masih hidup. Para sufi adalah termasuk yang paling getol melakukan aktivitas atau amalan-amalan untuk bisa melakukan perjumpaan dengan Sang Pencipta. 

Dalam konteks ini peristiwa isra dan miraj bisa dipahami sebagai perjumpaan seorang hamba dengan Penciptanya. Di satu sisi ini membedakan Nabi dengan para sufi. Di saat orang yang mencapai titik spiritual "berjumpa" dengan Tuhannya akan hanyut dalam kefanaan dan "tidak kembali" ke dunia, Nabi Muhammad SAW berbeda.

Ketika sedang miraj mengalami pengalam spiritual berjumpa dengan Tuhannya. Dalam versi yang masyhur, dalam perjalanannya Nabi diantar oleh Malaikat Jibril As. Dan ketika Nabi berjumpa dengan Allah SWT Jibril tidak turut mendampingi. Perjumpaan tersebut benar-benar sangat personal: hanya antara Allah dan Nabi, tidak ada yang lain.

Peristiwa tersebut tentu pengalama spiritual yang luar biasa. Tapi setelah itu nabi tidak hanyut dalam kefanaan. Ia justru kembali ke dunia untuk membangun umat dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline