Lihat ke Halaman Asli

Firdaus Tanjung

Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

Dari Gunung Terbawa Kebiasaan Itu Sampai Sekarang dengan Kayu Putih Aroma

Diperbarui: 21 November 2017   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Soal gaya hidup bukan lagi suatu rahasia. Gaya kekinian tak obahnya juga dengan masa era 90-an. Mungkin juga era-era sebelumnya.

Utamanya dalam penampilan luar dengan aksesorisnya tentu ada perbedaan tapi tidak juga dikatakan terlalu mencolok. Aksesoris seperti parfum, deodorant roll-on, bedak-talk, shampoo sampai minyak wangi tetap masih sama. Hanya mungkin kemasan luar saja yang dirubah.

Semua itu bisa dikatakan menjaga penampilan sehari-harinya. Atau bisa dikatakan spesifiknya "GueBedalooh...". Mengingatkan saya sewaktu masa-masa remaja dulu. Yang hingga sekarang masih terbawa dalam gayahidup penulis.

Maksudnya apa ya, hingga terbawa sampai usia kepala empat ? Ya, gaya GueBedamasa remaja saya era 90-an itu rupanya hadir dipopulerkan kembali sekarang ini.

Sebagai seorang yang hobi beraktivitas di alam bebas seperti mendaki gunung, caving, kemping, dan hiking, peralatan dan perlengkapan memadai adalah hal yang pokok sekali diperhatikan. Selain itu, hal-hal lain yang bersifat ke-aroma-an juga tak kalah penting bagi saya.

Namanya juga di alam terbuka, panas,dingin, berkabut dan hujan merupakan makanan sehari-hari di dalam hutan dan gunung. Saya orang yang termasuk bisa dikatakan yang safety sekali soal perlengkapan dan peralatan termasuk aksesories lainnya.

Minyak kayu putih sebagai contohnya, sejak dari dulu sudah terkenal kegunaannya. Hanya saja penggunaannya masa dulu cenderung dipakai untuk mencegah masuk angin atau antisipasi mabuk ketika berkendaraan. Bukan lebih mengarah kepada suatu lifestyle.

Tapi bagi saya, justru sudah menjadikannya sebagai Gaya Hidup. Tidak saja disaat mendaki gunung atau kemping tapi juga ke sekolah hingga kuliah minyak KayuPutihAromatetap hadir di dalam tas saya.

Teringat sewaktu mendaki gunung di Sumatera Barat (Sumbar) sekitar bulan April 1993. Saat itu kami mendaki dengan mahasiswa ABA-STBA Padang dengan membawa cewek bule dua orang.

Ke dua bule ini merupakan program pertukaran mahasiswa antara Indonesia dan Inggeris. Sarah dan Soraya namanya. Sarah mengajar di kampus ABA-STBA dan Soraya mengajar di kampus Universitas Andalas (Unand) Padang.

Singkatnya kami sudah berkumpul di suatu titik dekat terminal bus pada sore hari. Sebelum berangkat seperti biasa saya dan teman cowok memeriksa kembali perbekalan. Kami ada tujuh orang yang akan pergi mendaki gunung. Tiga orang cowok dan 4 cewek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline