Bangsa kita pernah terhenyak pilu dengan peristiwa kelam oleh yang menamakan diri kelompoknya Gerakkan 30 September (G-30-S /Gestapu /Gestok) yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa kelabu ini telah menewaskan 7 perwira putera terbaik bangsa. Sangat jelas torehan berdarah perjalanan sejarah Indonesia akibat dari suatu cara untuk mencapai tujuan politik (kekuasaaan).
Sekarang sudah 52 tahun berlalu. Namun masih menyisakan kepedihan setiap tahun di akhir September sebagai tanda peringatan akibat peristiwa tragis tersebut.
Pasca reformasi, sedikit demi sedikit mulai tersibak cerita versi lainnya. Yang selama ini semasa orde baru (orba) masih tertutup rapat. Beruntung beberapa saksi hidup masih bisa memberikan kisah baik saat kejadian maupun sesudah kejadian.
Katakanlah seperti yang diuraikan oleh Agen Polisi Tkt. II Soekitman, yang mengisahkan dirinya saat ditangkap hingga akhirnya berhasil bebas dari gerombolan PKI. Dan seterusnya beliau merupakan salah satu saksi kunci untuk menunjukkan jalan ke Lubang Buaya.
Begitu juga dua Marinir KKO dari lima orang sebagai yang bertugas meng-evakuasi jenazah dari dalam sumur maut. Betapa beratnya para marinir itu menembus kedalaman sumur tua tersebut.
Tanda tanya siapa dalang sesungguhnya di balik peristiwa Gestapu itu, masih persoalan besar. Tulisan ini tidak membahas tentang jalan peristiwa itu.
Biarlah suatu saat nanti kebenaran sejarah akan terungkap sendirinya. Ada ungkapan klasik, "kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri".
=================
Pasca gerakkan 30 September '65, Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad mengambil inisiatif untuk melakukan penumpasan terhadap PKI serta oknum-oknum militer yang ikut terlibat.
Di bawah Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhi Wibowo memimpin operasi penumpasan PKI.