Lihat ke Halaman Asli

Firdaus Tanjung

Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

Dari Bumi Sikerei Menuju "Mentawai Smart Island" bersama Satelit 3S

Diperbarui: 1 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ombak Mentawai merupakan salah satu dari 10 ombak terbaik dunia [sumber; group FB Pitstop Hill Mentawai]

Bila bicara tentang Mentawai, bagi yang hobi traveling akan ingat satu kata, yakni surfing. Kepulauan Mentawai memang salah satu syurga bagi para peselancar dunia. Tidak sedikit event berskala nasional dan internasional diadakan di sini.

Dari 10 ombak terbaik dunia, Mentawai termasuk di dalamnya. Ada sekitar 73 titik spot ombak di bagian Barat Mentawai yang dijadikan sebagai lokasi peselancar (surfer). Lebih separuhnya sekitar 50 spot merupakan kawasan eksklusif bagi peselancar.

Kegiatan surfing ini bisa diadakan sampai 3 kali setahun. Bulan April dan Agustus merupakan jadwal kegiatan yang sering diadakan. Ada dua lokasi favorit surfing di Mentawai ini yaitu, kawasan Maccaroni  di Pagai Utara dan Lance’s Right di Pulau Sioban.

Ombak Mentawai merupkan syurga bagi peselancar dunia. Terlihat aksi peselancar tengah 'menaklukkan' ombak [sumber; group fb Pitstop Hill Mentawai]

Bumi Sikerei julukkan lain Mentawai terletak di sebelah barat Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Dikelilingi lautan dan berhadapan langsung dengan samudera Atlantik. Dengan kata lain bisa dikatakan sebagai kawasan kepulauan terluar, terdepan, dan terpencil (3T) di belahan Barat Indonesia.

Resort Macaroni di P. Pagai Utara, Mentawai. Salah satu tempat surfer luar negeri [sumber; fb Mentawaians]

Sebagai kabupaten termuda di Sumbar, Mentawai kaya dengan hasil bumi berupa cengkeh, kulit manis, kopra, ikan, dan kelapa. Tidak sekedar itu, juga menghasilkan kerajinan tangan dari suku asli pedalaman Mentawai.

Hasil bumi mereka selama ini biasanya dijual kepada para pengepul. Tentu dengan harga jual yang murah. Kebanyakan para pengepul ini datang dari Padang, Sibolga dan Bengkulu. Tidak sedikit juga dari daerah lain.

Menurut informasi cerita dari saudara saya yang kebetulan sebagai pedagang di Mentawai (lima tahun terakhir) ini tepatnya di Kecamatan Pagai Utara, bisa dikatakan jarang dari warga lokal yang menjual langsung ke pasar atau sebagai distributor. Hanya bisa dihitung jari saja.

Akses jaringan telekomunikasi merupakan salah satu kendala utama. Begitu juga jarak tempuh yang jauh antar satu pulau ke pulau lainnya dalam mengumpulkan hasil rempah-rempah.

Selain dunia selancar, Mentawai juga memiliki daya tarik lain seperti taman bawah laut, hutan mangrove, pantai pasir putih, cagar biosfer dunia, flora dan fauna endemik, tato tertua di dunia dan keunikan budaya.

Bumi Mentawai juga dikenal dengan tradisi pengobatanperdukunan” (Sikerei). Suatu cara tradisi yang unik dalam pengobatan dan memimpin dalam upacara adat. Tetapi ini bukan semacam pelet /santet.

Rimata - sebutan raja dalam satu kaum di suku pedalaman Mentawai. Rimata biasanya memimpin tradisi upacara adat dan dipercaya dapat berkomunikasi dengan alam dan roh leluhur [sumber; fb Mentawaians]

Mereka juga dengan senang hati mengizinkan para pemerhati dan fotografer untuk mengabadikan alam budaya mereka. Kebanyakan adalah para pemerhati sosial kebudayaan dari kalangan akademis baik dari dalam negeri maupun luar negeri serta NGO /LSM.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline