Lihat ke Halaman Asli

Fajar R. Wirasandjaya

www.narasiinspirasi.com

Mengapa Janur Kuning Sering Ditemui dalam Tradisi Jawa?

Diperbarui: 8 Agustus 2021   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembar Mayang Tradisi Pernikahan Jawa/belleticia.id

Janur seringkali kita temui dalam tradisi kehidupan masyarakat Nusantara. Pernah mendengar ungkapan atau peribahasa "sebelum janur kuning melengkung"?. 

Ungkapan ini sebenarnya berasal dari hiasan janur kuning yang melengkung biasanya dipasang menyerupai pintu masuk saat acara pernikahan. Atau janur kuning melengkung yang dibuat menjadi kembar mayang, umbul umbul (penjor) yang dipasang sebagai tanda adanya pernikahan.

Ngomong-ngomong soal tradisi pernikahan, pernahkah kamu berpikir kenapa janur seringkali dijumpai pada tradisi dan adat Jawa khususnya pernikahan?. Jika kamu tinggal di daerah Jawa, Bali, atau Sunda, tentu tidak asing lagi dengan istilah janur kuning. 

Pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini berasal dari daun muda pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia. Janur telah jamak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai hal dan fungsi. Mulai dari keperluan kuliner seperti pembuatan bungkus ketupat, ritual tradisi, keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif.

Baca juga : Sebelum Janur Kuning Melengkung

Janur (dari bahasa Jawa )

Daun Kelapa MudaIlustrasi Daun Kelapa/pxhere.com

Janur adalah daun muda dari beberapa jenis tanaman palma besar terutama kelapa, enau dan rumbia. Janur akrab dalam kehidupan masyarakat Nusantara sering dipakai sebagai alat kehidupan sehari-hari.

Asal kata 'janur' berasal dari bahasa Jawa yang mengambil unsur serapan bahasa Arab, yakni "sejatining nur" yang berarti (sejatinya cahaya, cahaya illahi, cahaya sejati, penerang) yang bermakna mencapai tujuan yaitu menggapai cahaya Ilahi. Sementara kata 'kuning' maknanya adalah sabda dadi, yang artinya berharap semua keinginan dan harapan dari hati atau jiwa yang bersih dan tulus akan terwujud. 

Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan harapan yang mulia untuk selalu mendapatkan ridho Ilahi. Harapan yang baik ini dimanifestasikan dengan pelaksanaan hajatan dengan tata-cara yang baik pula. Di sinilah esensi sesungguhnya yang ada pada janur kuning yang dipahami oleh masyarakat Jawa.

Masyarakat suku Bali, Jawa, dan Sunda biasa memanfaatkan janur untuk dianyam. Teknik merangkai janur mencapai puncak estetika di Bali dan di Jawa. Bisa dilihat pada upacara-upacara keagamaan serta perkawinan. 

Baca juga :Mengenang Pak Harto lewat Film "Janur Kuning"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline