Lihat ke Halaman Asli

1 + 1 mungkin 3

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Saya bisa membuktikannya, bila kalian ingin mendengarkan”ucapnya pada semua orang dengan semangat. “Fiari Sebastian”tulisan itu terpampang di papan namanya yang tertempel di jas hitam berdasi merah garis hitamnya. Baju dalam hitamnya yang kebesaran sedikit basah karena keringatnya.
“Kita bisa melihat dari seekor sapi jantan apabila ditambah dengan sapi betina dalam satu kandang maka suatu saat jumlahnya akan menjadi tiga bukan cuma dua”Ia mulai menjelaskan dengan menggebu-gebu. Nafasnya tersengal-sengal terdengar jelas melalui microfone kecil yang tertempel di dagunya.
“Jika kalian masih belum percaya aku masih memiliki bukti lain”ucapnya kembali setelah beberapa saat ia terdiam. Matanya kini menatap tajam kearah semua orang di dalam ruangan mencoba menepis tatapan remeh mereka. Ruangan itu terdiam dan pandangan mereka semua terpaku pada orang itu. Celana hitamnya sedikit kebesaran dengan sepatu kulit yang sedikit menganga dan lupa disemir tidak mencerminkan apapun darinya sebagai seorang professor.
“Sepotong wafer panjang apabila digabung dengan lapisan coklat dapat menjadi tiga potong wafer coklat yang lezat”jelasnya dengan semangat yang masih menggebu-gebu. Matanya yang hitam cukup serasi dengan rambut hitamnya yang tidak terurus dan mengarah kemana-mana mirip orang yang terkena listrik. Dahinya yang lebar membuktikan bahwa ia memiliki otak yang besar juga. Kulitnya yang sedikit kecoklatan menandakan bahwa ia sering bekerja di bawah terik matahari.
“Kalian mungkin sudah mengerti sekarang mengapa saya berkata bahwa satu ditambah satu tidak selalu harus dua bisa saja menjadi tiga” Ucapnya diakhir penjelasan. Bersamaan dengan itu pula ada beberapa orang diantaranya yang bertepuk tangan meski dominan mereka hanya diam, kecewa, dan tidak mengerti apa yang ia bicarakan, tak sedikit yang menganggapnya gila.
Ia akhirnya meninggalkan gedung itu dengan sedikit puas juga sedikit kesal. Ia masih ingat tiga tahun ia abdikan untuk membuat riset ini dan sejak kecil ia adalah orang yang sangat tidak setuju bahwa satu ditambah satu harus dua, itu juga bisa menjadi tiga.
“Prof fiari” itulah nama panggilanya. Namun orang lebih mengenalnya dengan panggilan prof tiga atau prof gila. Ia adalah salah satu orang cerdas dari gunung lomoni. Sebuah kampung kuno yang menurut sejarawan adalah kampung termodern dahulu kala. Semua fasilitasnya sama hanya dengan bahan yang berbeda.
“Kalian yang gila, dasar orang-orang gila”omelnya sesaat sebelum menaiki mobil pribadi warna hitamnya. Mobil hitam itu kemudian melaju kencang meninggalkan gedung dan hampir menabrak gerbang.
*********
Harian Kota
11 april 2015
Topik utama
Professor fiari kecelakaan
Di tikungan malaya prof fiari menabrak pembatas jalan lalu terjungkal masuk jurang. Ia ditemukan tewas dengan kepala yang pecah. Diduga ban mobilnya meletus saat ditikungan dan ia tidak dapat mengendalikan laju mobil hingga menabrak pembatas jalan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline