Lihat ke Halaman Asli

Need Somebody

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerbung

Sudut pandang Dee

Sepanjang jalan aku tersenyum-senyum sendiri. Mengingat tingkah nakalku, keberanianku yang tidak biasa. Bayangkan! Seminggu dipertemuan pertamaku dengan Bella, penuh dengan emosi yang meluap-luap bawaannya ingin memukul, memaki dan semua yang jelek-jelek. Tapi sore ini? What? I kiss her. Dan aku mengambil kesimpulan sendiri bahwa aku termasuk jenis orang yang terburu-buru mengambil keputusan semua yang terjadi rasanya spontanitas. Dari kebiasaan mencium kening Tabi saat dia tertidur, jadian dengan Rhey hanya dalam waktu satu minggu, membenci Bels karena dia terasa mengganggu malam itu dan akhirnya aku sendiri kualat. Bella membuatku nyaman sekali sore ini, tatapannya, tingkahnya, perhatian-perhatian kecil yang semuanya luput dari Rhey. Mungkin memang bukan Cuma Rhey yang bermain-main dalam hubungan ini, tapi aku juga. Entahlah, aku mengagumi Rhey karena sosok machonya, gayanya, mungkin juga keglamouran hidupnya, serasa menggenggam barang mewah itu saja. Awalnya memang sempat membuat taman dihatiku bermekaran, hatiku berbunga-bunga, tapi selebihnya, percayalah Cuma rasa khawatir kehilangan, takut dipermainkan, dan aku tidak pernah percaya aku Cuma satu-satunya cewek yang dekat dengannya.

Jadi sebenarnya apa yang sedang terjadi pada diriku? Di umur 20 tahun, aku baru mencari-cari jati diri, dan masih bingung dengan apa yang aku sendiri inginkan. Kalau kemarin sempat jatuh cinta kilat pada Rhey, lalu sekarang pada Bella? So minggu depannya aku jatuh cinta lagi pada  siapa? Mungkinkah orang baru lagi? Tawaku tiba-tiba lenyap. Bisa jalan kesana kemari bersama orang yang disuka, berganti-ganti pula, tapi kalau akhirnya aku menyadari bahwa tidak ada satupun yang benar-benar menjadi milikku, dan menjadikan aku prioritas, Apa gunanya???? Yang ada mereka justru menganggap aku tentengan, kapan saja mereka mau, mereka akan membawaku. Oh Noooooooooo!!!

”Tabi….”

Lagi-lagi nama itulah yang muncul saat aku ingin berkeluh kesah. Aku tidak mau bergelut sendiri dengan pikiranku, aku mau ada seseorang yang mendengarkannya dari sudut lain. Tentu saja bukan Rhey, juga bukan Bella. Ini perasaanku pada mereka, jadi nggak banget kalau mereka juga yang aku ajak bicara.

”Dimana kau??”

Aku kirim pesan singkat itu dan satu menit kemudian balasan datang, ini mengejutkan mengingat biasanya Tabi membalas SMS ku setelah masa kadaluarsa.

”Bandara, menjemput Ibu Bos”

Tabi sepertinya benar-benar jadi orang sibuk sekarang ini. Aku memasuki garasi rumah dan mendapati Gie duduk diteras rumahku bersama Mama ku. Gie sudah aku anggap kakak, tapi dia tidak pernah mau menganggapku adik, dia bersikeras ingin menjadi suamiku kelak.

”Ngapain disini?” tanyaku ketus, Mama sudah terbiasa mendengar gaya pembicaraan kami, jadi tidak ada teguran lagi karena aku kurang sopan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline