Lihat ke Halaman Asli

Cinderella Casanova

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerbung

Sudut Pandang Bella

Medusa duduk dengan tenang dibalik kemudi, malam ini dia
terlihat sexy, bukan hanya di mataku tentunya, dia memang sexy dimata semua
orang. Dia mengenakan rok pendek yang sepertinya cuma satu jengkal dari
pangkal pahanya berwarna hitam, dipadu dengan T-shirt hitam ketat, lekuk
tubuhnya terlihat jelas, jadi aku pikir sebenarnya dia telanjang. Kalau
dalam dongeng sosok Medusa bisa membunuh orang lewat tatapannya, tapi Medusa
yang ini selalu bisa membuat siapa saja takluk dihadapannya. Dia cantik,
tinggi, montok, kaya, apa lagi si kriteria sempurna yang tidak dia punya?
Aku tidak sengaja bertemu dengannya di sebuah kafe satu tahun yang lalu, dan
mendapati ternyata kami kuliah di kampus yang sama. Waktu itu aku masih
menggandeng Flo, cewek yang aku kenal dari situs chat Mig33. Selang satu
minggu, dia mengajakku kencan, aku terus-terusan menolaknya dan baru
menerima ajakannya malam ini. Aku tergoda untuk mencicipi tubuh wanita ini,
tergoda untuk kembali menjadi Cinderella Casanova.

Cinderella lebih sering digambarkan seorang anak tiri yang
dikucilkan dan disulap menjadi putri dalam satu malam kemudian bertemu
seorang pangeran. Casanova lebih sering digambarkan sebagai cowok kaya raya
yang terlihat playboy dalam pengembaraannya mencari cinta. Kalau aku bilang
tergoda untuk menjadi Cinderella Casanova, itu berarti aku punya kesempatan
untuk menggabungkan kedua tokoh itu. Aku bukan cewek dari kalangan berada,
kalau di kelaskan aku pasti masuk ke kalangan menengah ke bawah dalam hal
ini aku Cinderella. Semenjak Kesha pergi dari hidupku, aku jatuh dalam
sebuah kehidupan lain yang menyulapku sebagai seorang cewek yang
bergonta-ganti gandengan, dan kalau boleh dibilang, aku terlalu beruntung
karena cewek-cewek yang mengitariku dari kalangan orang berada. Mereka baik
padaku, bisa datang kapan aku mau, dan tetap menerimaku, walau aku bilang
aku tidak bisa berkomitmen, dalam hal ini aku beruntung menjadi Casanova.
Kita bertemeu, have fun, suka sama suka, berpisah, bertemu lagi, tanpa air
mata. Aku punya perasaan, aku punya hati, tapi sudah lama aku tidak
memakainya, dan aku tidak mau tahu kalau ternyata mereka main hati, bukan
sekedar body. Aku punya perasaan juga hati, tapi aku sudah jarang
menggunakannya.

“Sexy banget.”

Ucapku sambil menggodanya, memainkan tanganku di paha mulusnya.

“Naik lagi donk.”

Aku tertawa mendengar tantangannya. Ku tarik tanganganku dan
beralih pada ponselnya yang dia letakkan di dashboard, tapi Medusa meraihnya
terlebih dulu. Dia mengusapkan jarinya di layar ponselnya, membentuk huruf Z
lalu menyerahkannya padaku.

“Apa yang ingin kau lihat?”

“Cuma melihat koleksi fotomu”

Medusa kembali konsentrasi ke jalan, dan ku geser foto di layar
ponselnya satu persatu. Terlalu banyak foto sexy, beberapa foto intim
bersama teman-teman cewek juga cowok, jadi aku simpulkan sebenarnya Medusa
bisex. Terlalu cepat mengambil kesimpulan, tapi aku memang jarang melakukan
kesalahan saat menyimpulkan sesuatu. Mobil terus meluncur memasuki kawasan
Kota, Jakarta. Dan di Klub Malam Stadium, malam kami akan dimulai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline