Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Pasien di Rumah Sakit di Sydney Australia

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tulisan saya merupakan sepenggal catatan menarik yang bisa saya pelajari saat menjadi pasien di sebuah rumah sakit di Sydney, Australia. Tanpa bermaksud untuk membandingkan dengan pelayanan sebuah rumah sakit kepada para pasiennya yang ada di Indonesia, saya tertarik untuk sharing mengenai hal-hal dasar tentang pemenuhan hak-hak pasien oleh pihak rumah sakit yang mungkin tidak atau belum dilaksanakan di kebanyakan rumah sakit di Indonesia.

Cerita ini berawal ketika saya harus masuk rumah sakit karena pingsan setelah menjemput anak dari sekolah. Kala itu, anak saya langsung lari ke apartemen sebelah untuk minta tolong dipanggilkan ambulan. Begitu petugas paramedis datang, saya terus dilarikan ke UGD. Dari situ, tanpa ditanya macam2 (mungkin istri saya yang ditanyai), terus ditest secara menyeluruh, mulai dari test darah sampai dengan  X-ray dan CT scan. Hasil dari diagnosis tersebut langsung disampaikan dan diterangkan oleh tim dokter spesialis neurolog setempat tentang adanya endapan kalsium di jaringan selaput otak depan yang harus dihilangkan dengan cara dioperasi. Begitu dokter tersebut bilang operasi, maka saya serta merta lemas. Yang bikin saya lemas sebenarnya bukan hanya besaran biaya yang harus saya keluarkan (dan Alhamdulillah, untungnya bisa di-cover oleh asuransi kesehatan) nantinya namun juga resiko yang ditimbulkan sehabis operasi. Namun dokter spesialis tersebut dengan sabarnya memberikan penjelasan tentang pentingnya operasi tersebut, keamanannya dengan tidakan operasi yang akan diambil dan resikonya bila saya menolak untuk dioperasi.
Dokter tersebut juga menerangkan tentang prosedur operasi mulai dari awal sampai pasca operasi secara logis dan gamblang sampai saya benar-benar paham dan tidak lagi ngeyel untuk menolak dioperasi.

Untuk merangkum cerita, saya lebih suka memberikan poin-poin pokok yang menggambarkan peran masing-masing staf rumah sakit dalam merawat pasien.
1. Team Dokter
Dipimpin langsung oleh Administer Medical Officer yang biasanya adalah seorang dokter spesialis dibantu oleh beberapa Registered Doctor dan dikawal oleh head of nurse. Head of Nurse, pada saat team dokter visite menjelaskan kondisi observasi terakhir berdasarkan medical record pasien yang dikunjungi. Kemudian ketua team dokter memaparkan diagnosanya dari hasil pemeriksaan terakhir ke pasien dan menjelaskan program pengobatan yang akan dilaksanakan. Tidak jarang para ahli medis tersebut berusaha menenangkan dan memberikan semangat pada pasien agar percaya diri untuk sembuh dengan mengikuti prosedur yang diterapkannya. Team medis tersebut juga memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang penyakitnya maupun kondisi apapun yang diderita oleh pasien tersebut. Dari team dokter ini, pada saat pasien dipastikan sembuh dan bisa dilepas dari Rumah sakit, Discharge Letter yang berisi tentang rangkuman Rekam Medis pasien diberikan ke pasien untuk diteruskan ke Family Dokter.

2. Team Perawat/Nurse
Team ini merupakan garis depan team dokter dalam mengawasi kondisi pasien kesehariannya. Tugas pokok dari team perawat ini adalah melakukan observasi pasien tiap 4 jam sekali setiap harinya dengan mencatat tekanan darah, kandungan oksigen dalam darah, suhu tubuh, detak jantung pasien serta membantu merawat kebersihan pasien bila dibutuhkan (misalnya memandikan pasien, mengawal pasien dari dan ke kamar mandi, mengganti selimut, sprei dan sarung bantal), mengawasi pasien pada saat minum obat (untuk menghindari bila pasien tidak mau minum obat), memasang infus maupun alat bantu pernafasan serta memanggil dokter bila kondisi pasien mulai menurun. Bila pasien merasa sendiri dan kesepian, tak jarang para perawat juga berusaha mendekati dan menghibur dengan cara mengajak bicara pasiennya. Sehingga hubungan antara pasien dengan perawat bisa sangat erat. Apabila tidak berhasil menghibur pasien, perawat tersebut akan memanggil seorang profesional social worker yang terdiri dari psikolog dan profesional terapist.
Pada saat pasien kehabisan stok obat yang harus diminum, maka perawat inilah yang mencarikan obat-obatan ke berbagai departemen di Rumah Sakit tersebut, dan bila masih tidak ada maka perawat ini akan menghubungi apotek terdekat untuk mengirim obat yang diperlukan. Jadi tidak menyuruh anggota keluarga pasien untuk membeli obat diluar Rumah Sakit seperti yang selalu terjadi di kebanyakan rumah sakit di Indonesia.
Team perawat juga yang dibebani tanggung jawab untuk membuat apointment ke rumah sakit lainnya bila si pasien membutuhkan pemeriksaan yang menggunakan alat yang tidak dimiliki oleh rumah sakit tersebut, termasuk transportasi pasien dari dan ke rumah sakit tujuan. Contohnya pada saat saya diharuskan melakukan PET Scan, rumah sakit yang saya tempati tidak punya alatnya, jadi saya harus dirujuk ke rumah sakit lain yang jauh. Team dokter yang mendatangi saya pada saat visite menjelaskan kenapa saya harus melakukan PET (Positron Emission Tomography) Brain PET-CT (Computed Tomography) Scan dan dimana prosedur tersebut akan dilaksanakan. Begitu dokter tersebut mengatakan bahwa PET Scan akan dilaksanakan di RS lain, maka saya langsung tanya bagaimana saya harus ke sana, bikin apoinmentnya dan besaran biayanya. Ketua team dokter tersebut langsung memerintah head of nursenya untuk mengurusi
ini semua. Yang penting pada jam 8 pagi besoknya sudah harus siap berangkat.
Benar juga, keesokan harinya, tepat jam 8 seorang petugas ambulan datang menjemput saya untuk menuju ke RS yang dirujuk.

3. Team Pharmacist/Apoteker
Team ini bertugas untuk menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien selama dirawat di Rumah sakit. Apabila ada obat baru yang harus diberikan ke pasien, seorang apoteker akan mengunjungi pasien dan menjelaskan aturan penggunaan obat tersebut serta memberikan penjelasan tentang manfaat, efek samping, serta bahaya dari obat-obatan tersebut bila digunakan secara terus-menerus. Team apoteker ini juga yang harus memastikan bahwa obat-obatan yang diresepkan oleh dokter sudah terjamin ketersediaannya di apotek yang terdekat dengan tempat tinggal pasien.

4. Team Physiatrics
Team ini bertugas untuk melatih keseimbangan pasien pada saat setelah operasi agar dapat melakukan aktifitas fisik kembali. Team ini juga membantu memberikan alat pengaman termasuk pemasangan handrail di kamar mandi serta karet anti slip untuk menghindari terjatuhnya pasien akibat ketidakseimbangan kondisi tubuh pasien setelah selesai perawatan dari rumah sakit.

Kesimpulannya yang bisa saya sampaikan dari pengalaman saya selama menjadi pasien di sebuah rumah sakit adalah berikut:
- Falsafah kesembuhan dari rumah sakit adalah bila pasien sudah pulih kondisi kesehatan badannya maupun kondisi psikologinya. Pasien sudah diperbolehkan pulang bila kondisi fisiknya sudah pulih seperti sedia kala serta dalam keadaan gembira tanpa tekanan.
- Keterbukaan informasi yang dikomunikasikan antara pasien dengan staf kesehatan menjadi prioritas utama.
- Senyum dan sapa selalu menjadi modal utama bagi Team Dokter, Nurse serta staf kesehatan lainnya.
- Pentingnya mempunyai asuransi kesehatan bila anda tinggal di luar negeri, sehingga bila terjadi hal-hal mendadak seperti yang saya alami, anda tidak perlu dipusingkan oleh besaran beaya pengobatan yang harus kita tanggung.
- Kerjasama antar departement dengan menfungsikan semua lini bidang ilmu kesehatan untuk membantu mempercepat kesembuhan pasien.
- Medical Record yang selalu diberikan kepada pasien sebagai bekal untuk checkup ulang di family dokter.

Semoga bermanfaat.

KINGSFORD, NSW 2032




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline