Lihat ke Halaman Asli

Fronika Simarmata

Pendidik di SDN 175781 Saitnihuta

Mengurus Anak dan Bekerja, Sama-Sama "High Priority"

Diperbarui: 22 Desember 2021   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tahun 2021 tepatnya Bulan Agustus adalah kelahiran anak kedua saya. Saat itu pula anak pertama saya berusia 3 tahun 8 bulan. Untuk ibu pekerja, menurut saya jarak usia ini sudah cocok.  Saya bekerja sebagai seorang guru di Sekolah Dasar. Adapun jarak tempuh dari rumah hunian kami ke sekolah kira-kira 5 km. Biasanya waktu tempuh rata-rata saya ke sekolah menaiki sepeda motor sekitar 10 menit. 

Tiga bulan berlalu. Masa cuti pun habis. Saya dan suami mulai memikirkan cara efisien untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan kesehatan anak-anak kami. Sebab kami sepakat bahwa bayi kami harus dipenuhi ASI Eksklusif agar pertumbuhannya normal seperti bayi sehat pada umumnya.  Target kami, sekali 2 jam bayi kami harus mainum ASI tanpa dibantu SUFOR (Susu Fromula). Bagaimana pun kondisinya, kami siap menanggung setiap resiko yang terjadi. 

Awalnya, kami sepakat untuk membawa bayi kami ke sekolah, tentunya atas izin pimpinan sekolah yang bersangkutan. Kami meminta ibu kami untuk membantu menjaga bayi kami di sekolah (Ruangan Khusus Bayi). Namun untuk jangka waktu lama, tidak mungkin ibu kami betah tinggal bersama kami. Biasalah orang tua. Mereka akan lebih tenang tinggal di rumah sendiri. Saat ibu kami memutuskan untuk kembali ke rumahnya, saya dan suami kembali memikirkan cara lain.

Adapun cara kedua yang kami sepakati adalah membeli ayunan elektrik. Ayunan ini sangat membantu kami. Tanpa ada yang harus ada yang menjaga, ayunan ini otomatis bergoyang. Hanya saja, sewaktu-waktu saya datang untuk melihatnya. Memastikan apakah bayi saya menangis atau tidak. Karena kalau menangis, tentunya akan mengganggu suasana belajar di sekolah. Saya selalu berdoa kepada Tuhan agar anak saya memiliki hati yang tenang sehingga saya boleh bekerja dengan sportif.

Saat bekerja tentunya bukan hal yang mudah bagi saya untuk memfokuskan pikiran saya. Saat pagi hari, di tengah-tengah dinginnya cuaca di daerah kami saya harus bangun pagi sekali. Bagaimana tidak, harus memasak dan membereskan rumah dulu sebelum berangkat sekolah. Setelah itu, harus meng-ASI-hi dulu sebelum berangkat ke sekolah. Jangan sampai mengganggu waktu bekerja nantinya, jadi harus kenyang dulu bayinya. Setelahnya membereskan perlengkapan bayi kami untuk dibawa ke sekolah. Intinya setiap hari, harus memburu waktu. Apalagi di daerah kami saat ini menggunakan aplikasi untuk mendisiplinkan para guru. Tepat pada waktunya guru harus berada di lokasi kerja masing-masing. Jika tidak tentunya akan ada sanksi yang didapatkan.

Saya selalu belajar menghargai waktu. Saya juga selalu belajar untuk bekerja dengan sepenuh hati. Sekalipun sampai saat ini saya merasa belum maksimal bekerja tetapi saya selalu berusaha. Jadi bagaimanapun "repotnya" mengurus anak, saya berharap pekerjaan saya jangan pernah terbengkalai.

Bagi saya, mengurus anak dengan bekerja berada pada prioritas yang sama. Anak prioritas, pekerjaan prioritas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline