Negeri Di Ujung Tanduk, salah satu novel pengritik hukum dan politik di negeri ini, di bahas secara menarik oleh sang penulis, Tere Liye. Novel ini berkisahkan tentang seorang konsultan politik yang berjuang demi kebenaran dan kesucian dalam dunia politik. Berbagai masalah demi masalah, tipu-menipu, dan pengkhianatan terpapar di dalam novel ini. Tema politik dan perjuangan yang diangkat terlukis jelas lewat coretannya di dalam novel.
"Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan tetap berdiri paling akhir, demi membela kehormatan."
Kutipan di atas adalah satu dari tiga paragraf yang tercetak di bagian cover buku yang menurut saya sudah sangat mewakili tema dari novel ini. Kutipan ini menjadi bukti bahwa novel Negeri di Ujung Tanduk berceritakan tentang perjuangan dan sulitnya berjalan menuju sebuah kebenaran, terlebih berjuang demi kebenaran di atas banyaknya kepalsuan yang telah terjadi terutama di politik negeri ini.
Apalah daya sebuah kisah tanpa tokoh di dalamnya. Sang tokoh pengidup cerita yang selalu di sebut namanya dalam novel ini adalah Thomas. Dikisahkan, Thomas adalah seorang yang bijak dan sedikit keras kepala. Tokoh utama ini adalah seorang pembicara dan konsultan politik. Dia bertindak sebagai lelaki yang tangguh dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam buku ini.
"Terdengar seruan jengkel dari seberang telepon, "Kau jangan bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi presiden sekalipun."
"Aku tahu, pergi ke sana sama saja dengan mendatangi sarang mafia."
Dua-tiga kalimat di atas menunjukkan bahwa Thomas adalah seorang yang sedikit keras kepala, terpercaya dan berani. Hal ini dibuktikan dalam beberapa kejadian dimana Thomas tanpa ragu mengambil resiko demi mencari titik terang dari masalah yang dihadapi.
Pemeran kedua adalah Maryam, yang merupakan seeorang wartawan yang hadir mengisi penuh cerita setelah mewawancarai Thomas di atas kapal besar milik Thomas. Maryam terjebak dalam masalah yang saat itu pula dihadapi oleh pemeran utama. Penggambaran tokoh Maryam disini adalah seorang wanita yang tangguh dalam meniti pekerjaannya.
" Anda lupa?" Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas di tangannya." Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke HongKong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawancara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekalipun." Gadis itu menarik salah satu kertas di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya padaku."
Kutipan di atas, menunjukan bahwa Maryam adalah wanita yang sangat bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaannya, ia berangkat dari Jakarta ke Hongkong hanya untuk melakukan sebuah wawancara, bersedia melakukan wawancara dalam kondisi apapun. Dalam novel ini, Maryam hadir hampir di semua kejadian yang menimpa tokoh utama. Terperangkap jebakan, masuk penjara, dan dikejar pasukan khusus polisi ialah bukti dari ketangguhan wartawan wanita ini.
Maggie adalah tokoh ketiga yang sangat penting dalam pengisahan novel ini. Dia adalah sekretaris paling setia untuk Thomas. Sigap, cepat, setia dan jujur adalah penggambaran diri yang sangat sesuai untuknya dalam novel ini.