Coba bayangkan!
Para guru harus bangun pagi-pagi buta, menyiapkan ini dan itu, lalu menembus hari yang masih gelap sambil menghadang bahaya yang kemungkinan mengancam. Selain kecelakaan di jalan raya, para guru kemungkinan menghadapi aksi kriminalitas.
Tetapi mereka tidak gentar. Walaupun gaji tidak seberapa, mereka tetap pergi demi nurani dan tuntutan profesi. Sesampai di sekolah, bukannya 'susu' yang mereka dapat sebagai balasan, melainkan kelakuan minus anak didik mereka
Seperti yang dialami oleh seorang guru di Demak. Guru AFR, guru olahraga, pastinya tak menyangka bila salah satu peserta didiknya, MAR, akan menghujamkan sabit di lehernya lantaran sakit hati tidak diizinkan mengikuti ujian tengah semester.
Kasus kekerasan siswa terhadap guru seperti mata rantai yang tidak bisa diputus. Masih belum hilang dari ingatan saat beberapa waktu lalu, guru Z, mengalami kebutaan permanen setelah diketapel matanya oleh orang tua siswa.
Kasus kekerasan yang dilakukan antar siswa juga marak terjadi. Yang paling banyak terjadi adalah perundungan. Data yang diperoleh dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melalui katadata.co.id, kasus perundungan periode Januari hingga Agustus 2023 di lingkungan sekolah mencapai 25 persen dan kebanyakan terjadi di tingkat SD dan SMP. (Sumber)
Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Anak-anak kecil yang lugu dan polos itu kini rentan menjadi korban sekaligus pelaku kekerasan. Seperti yang dialami oleh siswa kelas 1 SD tewas setelah dianiaya oleh kakak kelasnya beberapa waktu lalu.
Perlunya Sinergi antara orang tua dengan sekolah
Para siswa masa kini memang begitu problematik. Dalam hal attitude, misalnya. Rasa hormat pada orang yang lebih tua sudah berkurang. Sudah bicaranya kurang sopan, minus akhlak pula. Kalau dinasehati bukannya malah sadar eh malah makin menjadi-jadi.
Maka, sebagai upaya penanggulangan kekerasan yang dilakukan oleh siswa, perlu sinergi antara orang tua dan sekolah. Bagi para orang tua, hendaknya jangan menjadi orang tua strawberry. Prof. Rhenald Kasali melalui Kanal Youtubenya menyebutkan bahwa pola asuh orang tua jaman sekarang lebih cenderung memanjakan sang anak. (Sumber)