Lihat ke Halaman Asli

Fri Yanti

Penulis dan Pengajar

Pungli Sejak Dulu Kala

Diperbarui: 4 Januari 2023   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Gramedia.com

Surat kabar lokal beberapa waktu lalu,  memberitakan kejadian yang kurang mengenakkan. Seorang pengendara sepeda motor bersama temannya nyaris menjadi korban pemukulan oleh  pemuda setempat saat berkunjung ke sebuah tempat wisata pemandian air panas. 

Sebabnya, Si pengendara motor enggan memberikan uang masuk sebesar 20.000 rupiah kepada mereka  Alasannya, tidak ada pungutan lagi untuk masuk ke tempat wisata tersebut. Telah  bertahun-tahun lamanya, tempat wisata tersebut menjadi sumber pemasukan bagi oknum setempat yang melakukan pungutan liar. 

Pemerintah setempat   memang sudah melarang para penduduk untuk tidak melakukan pungutan liar bagi setiap  pengunjung yang akan berwisata . Hal ini juga dilandasi oleh peraturan pemerintah propinsi yang melarang adanya kutipan uang secara ilegal  di tempat-tempat wisata.

Tetapi para pemuda setempat tidak terima. Mereka memaksa dan mengancam akan memukul pesepeda motor itu  dengan batu bila uangnya tidak diberi. Untunglah pihak yang berwajib segera datang dan langsung mengamankan para pemuda itu.

Asal Muasal Pungli

Pungli atau pungutan liar sepertinya telah menjadi budaya bangsa ini. Semua orang bisa terlibat di dalamnya. Mulai dari aparatur pemerintah, oknum pelayanan publik, hingga warga biasa.  

Pungli sudah ngetren pada zaman kerajaan-kerajaan kuno. Mulai dari Mataram Kuno hingga Kerjaaan-kerajaan Islam. 

Pada Kerajaan Mataram Kuno, misalnya, pungli dilakukan oleh pengantara yang dijabati mulai dari kepala daerah hingga pelayan biasa.

 Para pengantara itu sengaja menggelembungkan upeti untuk memperlancar urusan rakyat yang punya kepentingan dengan seorang pemimpin tertinggi suatu daerah. 

Hal ini terlihat pada Prasasti Kinәwu, yang berangka tahun 907 M. Pada prasasti tersebut diceritakan  bahwa para rama (setingkat Kepala Desa) pergi menghadap Rakryan I Randaman Pu Warna yang adalah seorang penguasa wilayah Randaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline