Dalam Kitab Adiparwa yang merupakan bagian pertama dari Wiracarita Mahabarata, disebutkan bahwa Kerjaan Kasi mengadakan sayembara untuk menemukan pria yang akan menikahi para putri Raja Kasi, yaitu Amba, Ambika, dan Ambalika.
Berita tentang sayembara itu terdengar sampai ke Hastinapura. Di sana berdiri Kerajaan Kuru yang saat itu diperintah oleh Wicitrawirya.
Wicitrawirya tidak sendirian memimpin Kerajaan Kuru. Dia dibantu oleh Bisma, saudara tirinya. Bisma telah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup. Itu sebabnya namanya berganti dari Dewabrata menjadi Bisma.
Bisma mengikuti sayembara yang diselenggarakan Raja Kasi sebabnya adalah dia ingin menikahkan Wicitrawirya dengan putri-putri Raja Kasi.
Singkat cerita, dia pergi ke Kerajaan Kasi lalu berhasil mengalahkan semua peserta termasuk Raja Salwa yang ternyata sudah mendapatkan Amba.
Meskipun demikian, Bisma pun tetap membawa Amba dan adik-adiknya ke Hastinapura untuk dinikahkan dengan Wicitrawirya. Namun, Amba menolak menikah dengannya karna sudah memilih Salwa sebagai suaminya. Wicitrawirya pun enggan menikahi Amba, sebab dia tidak ingin menikah dengan wanita yang mencintai orang lain.
Bisma pun menyuruh Amba menemui Salwa, namun Salwa menolak Amba karena biar bagaimanapun dia telah kalah dari Bisma. Ini soal harga diri laki-laki. Dia merasa Bismalah yang layak menikahi Amba.
Saat Amba kembali ke Hastinapura, dia ditolak juga oleh Bisma karena sudah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup. Kisah cinta Amba yang tragis itu mungkin meniadi inspirasi bagi Laksmi Pamuntjak untuk menulis novel Amba.
Novel Amba sendiri merupakan perpaduan antara sejarah, mistis, sastra Jawa Kuno, dan roman tragedi. Namun sepertinya Laksmi Pamuntjak agaknya enggan menuliskan nasib Amba akan bernasib sama dengan Putri Amba. Amba adalah sosok wanita yang kuat dan berpendirian yang tidak perlu mengemis cinta dari laki-laki (hal 133).
Tentang Amba