Lihat ke Halaman Asli

Fri Yanti

Penulis dan Pengajar

Dilema Tarif Angkutan Kota

Diperbarui: 1 Oktober 2022   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : dnaberita.com

Pada suatu sore yang berawan, seorang ibu dengan suara nyaring berseru, "Pinggir, Bang!" 

Waktu itu, situasi jalanan begitu padat dan amburadul. Semua ingin saling mendahului. Tidak ada yang mau mengalah sehingga mengakibatkan kemacetan panjang. Posisi angkot (angkutan kota) berada di bahu jalan sehingga menyulitkan Si Supir untuk menepikan kendaraannya.

Si ibu pun serba salah. Hendak turun, takut kena serempet sepeda motor yang tiba-tiba menyalip  atau angkutan umum lain yang masih sempatnya ugal-ugalan di tengah kondisi jalanan yang kacau ini. Mana dia bawa anak lagi. 

" Turun di sini ajalah, Bu!" seru Si Supir yang jengkel karena angkot-nya tak kunjung bergerak.

Si Ibu dengan hati-hati turun dari angkot sembari menggendong anaknya yang masih bayi. Dia celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan. Berhati-hati mengambil langkah. Si Ibu membayar ongkos yang sudah dia siapkan. Sewaktu dia hendak balik badan, dia diteriaki Si Supir.

" Kurang ongkosnya, Bu!" kata Si Supir dengan suara yang besar melawan bunyi klakson yang bertubi-tubi dari segala arah.

Si Ibu menghadap Si Supir. Anak kecil dalam gendongannya menggeliat gelisah. Terganggu tidurnya akibat huru-hara jalanan. 

" Biasanya lima ribu kok, Bang!" 

" Ongkosnya udah naik, Bu! Ibu nggak tengok berita?"

Si Ibu , dengan raut wajah kusam, merogoh dompetnya lalu mengeluarkan uang seribu rupiah kemudian menyerahkannya pada Si Supir yang setelah menerimanya terlihat ingin mengamuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline